Rebo Wekasan, Asal Usulnya, Rabu Terakhir Bulan Safar, Disebut Hari Turunnya Semua Wabah? Berikut Penjelasan

photo author
- Senin, 11 September 2023 | 20:44 WIB
Kalender libur nasional tahun 2023
Kalender libur nasional tahun 2023

METRO SULTENG-Hari terakhir bulan Safar 1445 Hijriyah jatuh pada Rabu 13 September 2023 Masehi. Dalam penanggalan Jawa disebut Rebo Wekasan, disebut-sebut hari turunnya semua bala atau wabah.

Di sebagian kalangan masyarakat Muslim Indonesia ada keyakinan yang populer bahwa hari Rabu terakhir bulan Safar adalah hari yang teramat sial. Hari tersebut familiar dengan sebutan Rebo Wekasan.

Dinukil dari laman NU Online, disebutkan, keyakinan ini didasarkan pada keterangan sebagian ulama tasawuf yang konon melihat turunnya ribuan bala (musibah) pada hari tersebut. Sehingga akhirnya banyak diikuti dan diyakini sebagai sebuah kebenaran.

Baca Juga: Peristiwa Penting Yang Terjadi Bulan Safar, Rabu 13 September 2023, Apakah Ada Wabah dan Bala?

Tasa'um (anggapan sial) ini telah terkenal pada umat jahiliah dan sisa-sisanya masih ada di kalangkan muslim hingga saat ini.

Abu Hurairah berkata, bersabda Rasulullah:

"Tidak ada wabah (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu dan juga tidak ada kesialan pada bulan Shafar. Menghindarlah dari penyakit kusta sebagaimana engkau menghindari singa." (HR Imam al-Bukhari dan Muslim).

Ungkapan hadits laa ‘adwaa’ atau tidak ada penularan penyakit itu, bermaksud meluruskan keyakinan golongan jahiliyah, karena pada masa itu mereka berkeyakinan bahwa penyakit itu dapat menular dengan sendirinya, tanpa bersandar pada ketentuan dari takdir Allah.

Baca Juga: Yang Terjadi Hari Terakhir Bulan Safar Tanggal 13 September 2023, Disebut Sebagai Hari Turun Wabah?

Sakit atau sehat, musibah atau selamat, semua kembali kepada kehendak Allah. Penularan hanyalah sebuah sarana berjalannya takdir Allah. Namun, walaupun keseluruhannya kembali kepada Allah, bukan semata-mata sebab penularan, manusia tetap diwajibkan untuk ikhtiar dan berusaha agar terhindar dari segala musibah.

Dalam kesempatan yang lain Rasulullah bersabda: “Janganlah unta yang sakit didatangkan pada unta yang sehat”.

Maksud hadits laa thiyaarata atau tidak diperbolehkan meramalkan adanya hal-hal buruk adalah bahwa sandaran tawakkal manusia itu hanya kepada Allah, bukan terhadap makhluk atau ramalan.

Karena hanyalah Allah yang menentukan baik dan buruk, selamat atau sial, kaya atau miskin. Dus, zaman atau masa tidak ada sangkut pautnya dengan pengaruh dan takdir Allah. Ia sama seperti waktu- waktu yang lain, ada takdir buruk dan takdir baik.

Baca Juga: Tali Sekali Klik Samsung Galaxy Watch 6 Kompatibel Dengan Jam Tangan Galaxy Lama

Empat hal sebagaimana dinyatakan dalam hadits di atas itulah yang ditiadakan oleh Rasulullah dan ini menunjukkan akan wajibnya bertawakal kepada Allah, memiliki tekad yang benar, agar orang yang kecewa tidak melemah di hadapkan pada perkara-perkara tersebut.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Subandi Arya

Tags

Rekomendasi

Terkini

X