Jama’ah salat Jum’at yang mudah-mudahan dirahmati Allah
Kita sebagai umat muslim di Indonesia telah dirahmati oleh Allah Swt dengan lautan yang sangat luas. Lautan adalah kawasan krusial bagi jutaan penduduk muslim Indonesia yang berfungsi sebagai sumber ketahanan pangan yang bergizi tinggi dan sebagai tempat rezeki bagi banyak orang.
Lautan yang luas tersebut menjaga keanekaragaman hayati biota laut yang menjadi salah satu wujud kerahmatan Allah bagi penduduk Indonesia. Lebih dari 8.500 spesies ikan, 555 spesies rumput laut, dan 950 biota terumbu karang. Maka, tidak heran jika Indonesia dijuluki sebagai negara dengan keanekaragaman hayati biota laut terbesar di dunia (marine mega-biodiversity).
Namun sungguh suatu bencana hebat di masa depan tidak akan tercegah lagi jika kita membiarkan pengrusakan laut atas dasar egoisme kita sebagai manusia. Seolah-olah bahwa laut adalah tempat sampah bagi limbah yang dihasilkan untuk mendongkrak peradaban umat manusia yang kehilangan rasa syukur atas arti penting laut.
Telah kita ketahui bersama melalui pemberitaan media belakangan ini bahwa Jepang sudah mulai membuang secara bertahap 1 juta ton air limbah radioaktif dari PLTN non-aktif Fukushima ke Samudera Pasifik pada tanggal 24 Agustus 2023 pukul 13.00 waktu setempat (BBC News Indonesia). Tahap pembuangan ini akan terus berlangsung hingga tahun 2051 menggunakan sistem filterisasi bernama Advance Liquid Processing System (ALPS).
Air limbah tersebut sebelumnya digunakan sebagai pendingin reaktor radioaktif PLTN Fukushima Daiichi yang pada 2011 lalu dihantam tsunami. Penduduk setempat dan juga negara tetangga telah mengajukan protes terkait kebijakan tersebut. Pemerintah Indonesia belum memiliki sikap.
Dalam pandangan Islam, keputusan untuk membuang limbah air pendingin yang masih mengandung zat radioaktif bernama Tritium, isotop alami yang diperoleh dari hidrogen adalah termasuk perbuatan merusak alam.
Sebagaimana ditegaskan dalam surat Ar-Ruum ayat 41 Allah berfirman:
ظَهَرَ الۡفَسَادُ فِى الۡبَرِّ وَالۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ اَيۡدِى النَّاسِ لِيُذِيۡقَهُمۡ بَعۡضَ الَّذِىۡ عَمِلُوۡا لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُوۡنَ
Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia agar Allah dapat menunjukkan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”
Tampak sangat jelas bahwa dalam wawasan etika lingkungan Islam, kerusakan yang diperbuat oleh manusia tidak saja mencakup kawasan daratan, tapi juga laut. Jelas pula bahwa pengrusakan ini sama sekali menjadi ancaman bagi peradaban manusia secara keseluruhan, dan merupakan wujud ketidakadilan antar-generasi.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ