METRO SULTENG-Wali Kota Palu menyatakan pengembangan desain motif tenun Kota Palu menggunakan tumbuhan Kelor sebagai variabel yang memiliki nilai budaya maupun personal untuk masyarakat Kota Palu yang dapat dilihat dari sisi flora maupun kebudayaan.
"Proses visualisasi Kelor sebagai motif mengikuti prinsip-prinsip yang ada pada hasil kajian motif kriyawastra lembah Palu. Motif-motif hasil kajian dikombinasikan dengan motif tanaman kelor yang telah divisualisasikan dalam enam belas motif," ungkapnya, Rabu (13/7).
Baca Juga: Progran Pajeko Bupati Morowali Utara Diapresiasi Forum Rakor KPN bersama Gubernur
Baca Juga: Polisi Tangkap 4 Pegawai BPN Terlibat Mafia Tanah
Motif utama adalah bentuk geometris, garis atau titik flora, fauna dan bentuk alam lainnya. Warna yang dipakai adalah gabungan warna primer (Merah, Kuning, Biru), warna sekunder (Hijau, Ungu, Jingga), monokrom (Hitam, Putih), nuansa kecoklatan dan kemerahan seperti kain kulit kayu.
"Semua warna memiliki makna dan filosofi. Secara visualisasi motif Tava Kelo dikembangkan menjadi Sasio Tava Kelo (Sembilan Daun Kelor) yang berarti terdapat delapan kecamatan di dalam satu Kota Palu yang menjadi pusat koordinasi dan pengembangan wilayah," jelasnya.
Baca Juga: Covid Kembali Mengintai, Pemerintah Terapkan Penggunaan Masker Ditempat Umum
Baca Juga: Jelang 100 Tahun Desa Bunta, Ini Langkah Yang di Ambil Christol Lolo
Sedangkan Alima Tava Kelo (Lima Daun Kelor) memaknai empat kecamatan di satu Kota Palu (Utara, Barat, Timur, Selatan) sebelum pemekaran wilayah.
Selanjutnya, dikembangkan motif wastra Tonda Talusi, wastra Vanta, Wastra Kavali Kelo, wastra Katupa Ngapa, wastra Nolili, wastra Lalavo, wastra Balengga, wastra Risi, wastra Reme, Wastra Kutuvua, wastra Nonju, wastra Sintuvu, dan wastra Patampasu.
"Hal ini harus kita pelajari bersama. Agar filosofi-filosofi yang terdapat di dalam kain tenun ini bisa menyesuaikan keadaan dan situasi," tutupnya.***