METRO SULTENG - Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) menggelar pertemuan koordinasi dan evaluasi pupuk dan pestisida tingkat provinsi tahun anggaran 2024. Kegiatan ini berlangsung di Kota Palu pada Senin 2 Desember 2024.
Kepala Dinas TPH Sulteng, Nelson Metubun, SP, membuka pertemuan tersebut yang dihadiri Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, Kepala Bidang, Kepala UPT, serta pejabat teknis terkait.
Dalam sambutannya, Nelson menegaskan pentingnya sektor pertanian dalam mendukung program nasional, terutama pengembangan Kawasan Pangan Nusantara (KPN) di Sulteng yang diproyeksikan menjadi penyangga Ibu Kota Nusantara di Kalimantan Timur.
Baca Juga: Dari Penyuluh ke Pemimpin, Nelson Metubun Nakhodai DPW Perhiptani Sulteng Periode 2024-2029
"Beberapa waktu lalu Sulteng telah ditetapkan menjadi salah satu daerah Proyek Strategis Nasional untuk pengembangan KPN. Ini menjadikan posisi Sulteng sangat potensial sebagai penyangga IKN di Kalimantan Timur. Sulteng bisa berkontribusi besar mewujudkan swasembada pangan program Asta Cita Prabowo-Gibran," kata Nelson.
Sektor pertanian di Sulteng, sambung Nelson, memiliki peran strategis dalam menciptakan ketahanan pangan, meningkatkan PDRB, dan mendorong perekonomian regional.
Pada 2024 ini, Sulteng menargetkan produksi pertanian, yaitu: padi 884.272 ton (gabah kering giling), jagung 505.419 ton (pipilan kering), kedela 15.453 ton (biji kering).
Kemudian bawang merah 6.346 ton (umbi kering panen), cabai besar: 7.350 ton (buah segar) serta cabai rawit: 20.300 ton (buah segar).
Baca Juga: Tinjau Perkembangan di Sulawesi Tengah, Tim Banggar DPR RI Kunjungi Pemprov Sulteng
"Untuk mencapai keberhasilan itu, tidak lepas dari ketersediaan sarana produksi yang memadai, terutama pupuk dan pestisida," ujar Nelson.
Untuk distribusi dan pengawasan pupuk subsidi di Sulteng supaya tepat sasaran, ada beberapa langkah strategis yang perlu dilakukan. Menurut Kadis TPH Sulteng, meski pemerintah telah mengalokasikan pupuk bersubsidi, namun realisasinya belum optimal.
Data hingga Oktober 2024 menunjukkan pemanfaatan pupuk bersubsidi di Sulteng masih di bawah target, yaitu:
UREA: Realisasi 59,36%.
NPK Phonska: Realisasi 63,73%, dan
NPK Formula Khusus: Realisasi 43,71%.
"Padahal di masyarakat, terutama kalangan petani, masih banyak keluhan terkait kelangkaan pupuk subsidi. Ini menunjukkan mekanisme distribusi belum sepenuhnya berpedoman pada regulasi," ungkap Nelson.
Baca Juga: Festival Tumbe 2024: Banggai Laut Menjaga Tradisi