Pendapatan Menurun, Pengembangkan UMKM Taman Kota Funuasingko Morowali Dikeluhkan Pedagang

photo author
- Sabtu, 24 Juni 2023 | 13:12 WIB
Bot-bot yang ditinggalkan pemiliknya.
Bot-bot yang ditinggalkan pemiliknya.

METRO SULTENG- Pemerintah Daerah Kabupaten Morowali, Sulteng, telah menghabiskan duit milyaran rupiah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk membangun fasilitas publik taman kota Funuasingko, termasuk pembangunan kedai bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang terletak di Desa Bente, Bungku Tengah, Morowali.

Ide dan gagasan pembangunan ini dari Bupati Morowali Drs Taslim, yang bertujuan agar Ibu Kota Morowali semakin cantik dan indah sehingga dapat menjadi pemantik wisata.

Baca Juga: FSPMI Morowali Ungkap Kekerasan TKI Perempuan Oleh TKA Cina di Perusahaan Tambang

Total anggaran APBD yang disedot pada proyek tersebut, kurang lebih sekitar Rp6 milyar, dengan pembangunan dibagi menjadi dua tahap, tahap pertama dilaksanakan pada TA 2021 nilai anggaran Rp3.155.587.000, dan dilanjut ditahap kedua TA 2022 dengan total anggaran mencapai Rp 2.869.000.000.

"Tujuannya pembangunan ini yaitu untuk menyiapkan ruang publik bagi masyarakat dan menjadi kesempatan bagi pelaku UMKM untuk mengembangkan usahanya," kata Taslim saat meresmikan taman kota Funuasingko.

Namun sayangnya, 3 bulan setelah diresmikan, beberapa pelaku UMKM yang telah direvitalisasi ke Kedai atau Bot yang disiapkan Pemda, tampak berhenti berjualan.

Baca Juga: Waspada! Iming-iming Gaji Tinggi Bekerja di Luar Negeri Ternyata Jadi Salah Satu Modus TPPO

Dari total 42 kedai yang disiapkan, hanya tujuh bot berjualan dan tiga bot yang aktif berjualan tiap hari.

Menurut salah satu pedagang Nara (Nama Samaran), para pedagang berhenti berjualan lantaran tempat kedai dianggap tidak pada posisi yang strategis atau jauh dari jalan sehingga dagangan tidak terlihat oleh para calon pembeli.

Alasan lain, soal pendapatan para pedagang malah dianggap menurun setelah dipindahkan, hingga pelarangan penambahan kanopi, kursi tempat duduk pengunjung dan lain sebagainya sebagai penunjang kenyamanan pelanggang.

"Beda sekali pendapatannya, kalau didepan itu pembeli tidak kepanasan karena banyak pohon, jualannya kita terlihat dijalan, kalau dikedai ini pengunjung berfikir kesini membeli, panas begini pengunjung kepanasan, hujan kehujanan, kita dilarang bikin kanopi atau bikin jejeran kursi didepan kedai,"ungkap Nara saat dikunjungi dikedainya, Kamis (22/6/23).

Baca Juga: Pemprov Sulteng Salurkan Bantuan Beras Kepada 11.724 Masyarakat Rawan Pangan di Tojo Una Una

Hal yang sama juga disampaikan oleh pedagang lain, pihaknya juga merasa dimatikan usahanya pindah dikedai yang telah disiapkan oleh Pemkab Morowali itu. Selain ukuran kedainya sempit, juga dilarang untuk menjejerkan kursi untuk pelanggan atau diberikan payung sebagai tempat berlindung dari sinar matahari atau hujan.

"Kita kan sudah dilarang berjual didepan, dipindahkan kesini kita malah dilarang juga bajejer kursi, kasih payung, jadi kita tidak tahu apa maunya, kalau kita sudah tidak bajual disini mau jadi apami ini bangunan, bisa sia-sia,"bujar pedagang tersebut.

Baca Juga: Piala Dunia U17, FIFA Umumkan Indonesia Tuan Rumah, Ini Kata Ketua Umum PSSI

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Subandi Arya

Tags

Rekomendasi

Terkini

X