Mencari Figur Kreatif dan Inovatif, Ditengah Badai Efisiensi

photo author
- Senin, 8 Desember 2025 | 05:27 WIB
Dr. Hasanuddin Atjo dengan background Jembatan Palu IV yang baru selesai dibangun. (Foto: IST).
Dr. Hasanuddin Atjo dengan background Jembatan Palu IV yang baru selesai dibangun. (Foto: IST).

Oleh: Dr. Hasanuddin Atjo

2026 menjadi tahun prihatin, terutama bagi daerah dengan tingkat kemandirian fiskal yang rendah. Dana transfer ke daerah (TKD) tinggal 693 triliun rupiah, berkurang sebesar 226,9 triliun rupiah.

Sulawesi Tengah bersama 13 Kabupaten/Kota, merasakan dampak kebijakan itu. Tahun 2026 dana TKD nya sebesar 10,53 triliun rupiah. Turun dibanding TKD tahun 2025 sebesar 18,46 triliun rupiah.

Kemandirian fiskal daerah yang terkenal kaya nikel ini dan pertumbuhan ekonomi pernah mencapai dua digit, ternyata memprihatinkan dan miris melihatnya.

Baca Juga: Kepala Daerah Protes Dana TKD 2026 Dipangkas, Kreatifitas dan Kualitas Belanja Mesti Diperbaiki

Berada pada kisaran angka 2 - 30 %. Artinya kemampuan belanja daerah ini sebesar 70 - 98 % bergantung pada dana TKD.

Dampak yang mengemuka, antara lain ada kabupaten hampir tidak bisa membayar gaji pegawainya, terutama setelah pegawai P3K tidak lagi menjadi tanggungan Pemerintah Pusat.

Bidang pada OPD (organisasi perangkat daerah) provinsi hanya bisa diberi anggaran sebesar 150 juta rupiah. Sama halnya Biro, eselon II b hanya mendapat alokasi hampir serupa.

Sebelumnya keduanya dapat alokasi anggaran miliaran rupiah. Kini mesti "memutar otak" , mencari solusi yang pas agar tetap bisa berbuat memberi pelayanan.

Peningkatan PAD, perbaikan kualitas belanja perangkat daerah, mendorong investasi, jadi solusi andalan yang biasa terdengar, namun realitanya sulit direalisasikan.

Baca Juga: PMK No 25 /2025 Dana TKD Dipangkas 24,8 Persen Kiranya Bisa Ditinjau, Daerah Diharap Bijak Inovatif dan Lebih Kreatif

Menjadi tantangan kemudian bahwa solusi itu butuh figur kreatif. Dia akan menemukan cara baru mengurai masalah dengan mengeksekusi cara
baru itu yang disebut inovasi.

Disinilah akar persoalannya. Ketersediaan figur predikat seperti itu sangat terbatas, dan menjadi persoalan pada hampir semua daerah.

Sistem rekruitmen masa lalu lebih kepada pertimbangan politis. Belum berorientasi profesional dan kompetensi serta analisis kebutuhan ditengerai menjadi salah satu sebab.

Terlena dengan guyuran dana TKD melimpah terus alami kenaikan. Adanya perasaan kecewa karena rekruitmen yang tidak sesuai berdampak terhadap motivasi dan ambisi meningkatkan kreatifitas dan daya saing.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Icam Djuhri

Tags

Rekomendasi

Terkini

X