Arah Kebijakan Gubernur Sulteng yang Baru, Dimata Mantan Birokrat dan Praktisi Dr. Hasanuddin Atjo

photo author
- Kamis, 20 Februari 2025 | 19:43 WIB
Dr. Hasanuddin Atjo, mantan birokrat dan  praktisi. (Foto: Ist).
Dr. Hasanuddin Atjo, mantan birokrat dan praktisi. (Foto: Ist).

"Bagaimana strategi mencapai target sektor prioritas tersebut? Berapa biaya yang dibutuhkan? Dan bagaimana keterlibatan masyarakat, swasta serta akadenisi? Semua itu rinci dalam peta jalan," Dr. Atjo memberi penekanan kritis.

Sejumlah pihak kata dia, merasa optimis
dengan Anwar-Reny mampu membawa Sulawesi Tengah yang maju di sektor pertanian dalam arti luas. Kemudian maju di sektor industri, khususnya yang berbasis sumberdaya mineral secara berkelanjutan.

Baca Juga: Musrenbang Witaponda 2025, Pj Bupati Drs.Yusman Mahbub Tekankan Penurunan Angka Kemiskinan di Wilayah Kabupaten Morowali

Optimisme itu sebutnya, didasari oleh misi yang diusung oleh pasangan birokrat ini. Empat misi yang menjadi pilar utama mewujudkan visi. Empat misi Anwar-Reny, yaitu:

Pertama, mewujudkan masyarakat yang sehat, cerdas dan sejehtera melalui pemenuhan kebutuhan dasar dan lapangan kerja.

Kedua, mewujudkan masyarakat bahagia, produktif melalui peningkatan ekonomi berbasis potensi unggulan daerah dan pemberdayaan ekononi kerakyatan yang berkeadilan.

Ketiga, mewujudkan pembangunan berbasis lingkungan dan tataruang yang berkelanjutan berorientasi pada konektivitas antarwilyah dan antarsektor.

Terakhir, meningkatkan tata kelola pemerintahan yang bersih, inovatif dan kaloboratif serta keeamanan daerah yang tangguh berlandaskan nilai relegius dan kearifan lokal.

Menurut Dr. Atjo, mantan Kadis Kelautan Perikanan dan Kepala Bappeda Sulteng, misi yang diusung oleh Anwar-Reny komprehensif. Boleh dikatakan berpikir global, bertindak lokal. Dan mampu melihat dari balik bukit.

Baca Juga: Pamit, Gubernur Rusdy Mastura Ajak ASN Dukung Pemimpin Baru

"Terealisasinya visi tentunya tidak berdiri sendiri. Harus bekerja bersama sama (net working) , tidak menganut prinsip sama-sama bekerja yang masih sering dijumpai dan menyebabkan visi sulit direalisasikan," kata pria yang pernah menjadi konsultan FAO untuk Kamboja ini.

Karena itulah, Dr. Atjo memberi catatan kecil kepada Anwar-Reny sebagai bahan pertimbangan dan penajaman dalam mengimplementasikan misi. Catatan ini menurutnya inovatif, update dan adaptif.

Catatan pertama, tatakelola mulai proses perencanaan, hingga evaluasi menerapkan filosofi kereta kuda. Maknanya, provinsi ditarik oleh 13 kabupaten/kota.

Kereta kuda harus bisa berlari kencang. Kuda yang sulit berlari kencang tentunya harus diberi stimulan agar tidak menjadi penghambat laju kereta.

"Disinilah seni dan peran dari seorang pemimpin daerah, mengoordinasikan disparitas antarwilayah dan antarsektor sehingga sepaham, terbangun tenggang rasa yang tinggi," kata Dr. Atjo.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Icam Djuhri

Tags

Rekomendasi

Terkini

X