Sepak Bola Bukan Lagi Hanya Sekedar Hiburan

photo author
- Senin, 5 Desember 2022 | 21:20 WIB
Adam Septian Nureza
Adam Septian Nureza

Kapitalisme dalam sepakbola
Fanatisme dalam sepakbola, pemain serupa selebriti dan kompetisi yang mewah seperti umpan bagi kapitalisme manusia.

Kapitalisme sendiri adalah suatu sistem ekonomi yang memberikan kebebasan penuh kepada setiap orang untuk melakukan kegiatan ekonomi dan biasanya bertujuan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya.

Hal inilah yang membuat munculnya streotip masyarakat kalau kapitalisme itu jahat. Sebuah ironi saat mengetahui seluruh kebutuhan hidup seseorang individu tidak lepas dari uang dan mencari keuntungan (Kapitalisme), baik kebutuhan yang bersifat biasa atau sekunder atau kebutuhan pokok (primer).

Kapitalisme sudah merambah kedalam industri olahraga khususnya adalah sepakbola. Dalam sebuah klub, banyak individu atau kelompok yang membentuk kerajaan bisnis dengan hasil yang menjanjikan.

Itulah alasan mengapa banyaknya pengusaha yang mencoba terjun kedalam dunia sepakbola dengan cara menanamkan sahamnya pada klub-klub bola di liga tertentu.

Pengusaha kaya raya dunia seperti Syekh Mansour ataupun Roman Abramovich adalah contoh pengusaha yang sukses sebagai pebisnis dibidang sepakbola.

Mereka berdua juga membuat klub yang mereka beli menjadi salah satu klub raksasa dan mewah dengan dipenuhi oleh pemain bertaburan bintang.

Sepakbola Eropa sering dianggap sebagai kiblatnya sepakbola. Benua Eropa juga merupakan benua tempat lahirnya paham kapitalis, justru masih memperlakukan pemain sepakbola secara manusiawi.

Bahkan federasi sepakbolanya masih ikut andil dalam perkembangan pemain muda lokal berbakat. Dengan pengembangan bakat pemain muda tersebut, para klub akan mendapatkan keuntungan dengan cara menjual mereka kepada klub yang tertarik dengan pemain tersebut.

Akan tetapi segala bentuk kapitalis disana sudah dipantau oleh FIFA dan UEFA, karena landasan kapitalis disana benar-benar mutakhir, sehingga munculnya kesenjangan dapat diminimalisir dengan baik.

Dari beberapa pantauan, akar dari gagalnya penyelarasan keuangan dan kapitalis dalam dunia persepakbolaan adalah saat pembahasan mengenai kontrak pemain. Biasanya dalam pembahasan kontrak yang melibatkan para direksi klub ada banyak aspek yang diperlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan mengenai perpanjangan kontrak tersebut.

Hal tersebut bisa berupa peforma sang pemain atau keuntungan apa yang akan diperoleh oleh klub melalui perpanjangan kontrak tersebut.

Selain sebagai sarana kapitalis orang-orang kaya dunia, sepakbola kini juga merujuk kepada komersialisasi perusahaan-perusahaan besar dengan tujuan sama seperti kapitalis yaitu mencari cuan sebanyak-banyaknya.

Di Dunia, sepak bola juga merupakan salah satu olahraga yang banyak disukai oleh semua kalangan, tidak terkecuali masyarakat Indonesia.

Indonesia sendiri memiliki liga dengan kasta tertinggi di sepak bola Indonesia yang diberi nama Liga 1 dan diikuti oleh sekitar 18 klub sepak Bola di Indonesia. Para perusahaan biasanya menargetkan liga kasta tertinggi suatu negara untuk dijadikan lahan komersialisasi mereka demi mencari cuan keuntungan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Subandi Arya

Tags

Rekomendasi

Terkini

X