METROSULTENG — Peringatan Hari AIDS Sedunia kembali menjadi momentum penting bagi PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) untuk mempertegas komitmen dalam mencegah penyebaran HIV-AIDS di Kecamatan Bahodopi. Dengan meningkatnya jumlah kasus dalam tiga tahun terakhir, perusahaan memperluas edukasi, layanan deteksi dini, dan kampanye anti-stigma bagi pekerja dan masyarakat lingkar industri.
Data Dinas Kesehatan Morowali menunjukkan tren peningkatan kasus HIV di Bahodopi: dari 29 kasus pada 2023, naik menjadi 75 kasus pada 2024. Sementara Januari–Oktober 2025 tercatat 73 kasus baru di seluruh Morowali, di mana 46 di antaranya berasal dari Bahodopi. Kondisi ini menjadikan wilayah tersebut sebagai salah satu zona risiko penularan tertinggi, sehingga mendorong PT IMIP untuk memperkuat intervensi kesehatan publik.
Koordinator Departemen Occupational Health & Safety (OHS) PT IMIP, dr. Ferdy Nurhadi, menegaskan edukasi berbasis ilmu pengetahuan menjadi fondasi utama pencegahan penularan.
“Banyak prasangka muncul dari ketidaktahuan. Pemahaman yang benar membantu masyarakat untuk tak takut berlebihan, tidak menghakimi dan tidak mendiskriminasi ODHIV. Ini sangat penting untuk menekan penyebaran HIV,” ujarnya.
Ferdy menjelaskan bahwa stigma terbukti membuat banyak orang enggan memeriksakan diri, sehingga memperbesar potensi penularan secara diam-diam. Sejalan dengan target nasional dan global “three zero”, edukasi aktif dilakukan sejak akhir 2023 kepada karyawan, pelajar, dan komunitas untuk mendorong nol kasus baru, nol kematian akibat AIDS, serta nol diskriminasi.
Baca Juga: Perputaran Uang Bahodopi Tembus Rp5,9 Triliun, Didorong Konsumsi Karyawan IMIP
Ia juga menguraikan metode pencegahan HIV “ABCDE”: menghindari seks sebelum menikah (abstinence), setia pada satu pasangan (be faithful), memakai kondom dengan benar (condom), tidak berbagi jarum suntik (do not inject), dan menggunakan alat steril untuk keperluan pribadi (equipment).
Sebagai informasi, HIV menyerang sistem kekebalan tubuh, khususnya sel CD4. Virus ditemukan dalam sperma, cairan vagina, anus, darah, dan ASI, namun tidak menular lewat sentuhan sehari-hari, pelukan, berciuman, batuk, ataupun berbagi makanan.
Perluas Deteksi Dini dan Edukasi Remaja
Hingga saat ini, lebih dari 3.000 karyawan telah menerima penyuluhan, dengan target menjangkau 75 persen dari total 86.000 pekerja di kawasan IMIP. Edukasi diberikan melalui seminar, materi visual, banner, booklet, kampanye media sosial dan video edukasi.
PT IMIP juga memperluas edukasi ke sekolah-sekolah di Bahodopi. Wakasek Kurikulum SMK Al Khairaat Bahodopi, Anung Nugroho Jati, menilai program ini sangat penting.
“Pelajar perlu memahami risiko HIV sekaligus mampu menyaring informasi yang benar. Dengan edukasi tepat, mereka bisa menjadi agen pengetahuan bagi keluarga dan teman sebaya,” katanya.
Baca Juga: Kerja Sama dengan UNIDO, IMIP Tegaskan Komitmen Keberlanjutan Pasca COP 30
Untuk mendukung deteksi dini, IMIP menyediakan layanan Klinik VCT (Voluntary Counseling and Testing) di Klinik Utama Permata Indah (KUPI). Pemeriksaan dilakukan gratis, mencakup konseling, tes HIV, dan rujukan bagi pengidap. Sejak 2024, layanan ini didukung tujuh tenaga kesehatan terlatih.
Ferdy menambahkan bahwa terapi antiretroviral (ARV) memungkinkan pengidap hidup sehat dan produktif. “Obat ARV disediakan pemerintah secara gratis. Yang terpenting adalah kepatuhan dan dukungan lingkungan,” tegasnya.
PT IMIP memastikan program edukasi HIV-AIDS menjadi kegiatan berkelanjutan dalam agenda CSR. Kerja sama akan diperkuat bersama sekolah, komunitas pemuda, organisasi sosial dan Pemerintah Daerah.
CSR Supervisor PT IMIP, Herlan Kward, menambahkan bahwa perlindungan kesehatan pekerja berdampak pada keberlanjutan produktivitas perusahaan.
“Dengan informasi yang tepat dan dukungan bersama, kita dapat menciptakan lingkungan sehat, aman, inklusif, dan berdaya,” ujarnya. (*)