Antara lain karena eksploitasi tambang nikel, maupun gas serta pengembangan industri hilirnya. Dan pada tahun 2022 berkontribusi terhadap PDB sebesar 1,69 % dan naik dari 1,46 % pada tahun 2021.
Tercatat bahwa ekonomi Sulteng selama tahun 2022 tumbuh 15,17 % (ctc) jauh diatas target RPJMD 5,88 % (yoy) dan RPJMN. Hanya saja, pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu lebih disumbangkan oleh tiga kabupaten pada bagian timur yaitu Banggai dengan industri gas, dan Morowali serta Morowali Utara dengan industri nikel.
Ekspor Sulteng menjadi salah satu prime mover dalam membentuk pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Surplus neraca perdagangan pada 2022 mencatat sejarah tertingg. Secara kumulatif, nilai ekspor saat itu mencapai $US 19.016,73 juta atau naik 57,7% dibanding periode yang sama pada tahun 2021.
Berdasarkan komoditasnya ekspor Sulteng didominasi oleh komoditas besi dan baja sekitar 65,6%, diikuti nikel 19,6%, bahan bakar mineral 9,9%, dan lainnya masing-masing di bawah angka 1% termasuk pada sektor pertanian (pangan) yang menjadi lapangan kerja bagi 40 % angkatan kerja.
Kinerja ekonomi Sulawesi Tengah kini menghadapi situasi anomali yang berkepanjangan, dikarenakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi diikuti oleh angka kemiskinan dan stunting serta rasio gini yang juga sangat tinggi. Dan angka turun ini sangat kecil pada 10 tahun terakhir.
Pertumbuhan ekonomi seperti ini disebut kurang berkualitas, karena minim pemerataan, peningkatan pendapatan maupun penurunan angka kemiskinan dengan gap antarkabupaten dan kota semakin melebar dari tahun ke tahun.
Tercatat pada tahun 2022 angka kemiskinan Sulteng Sebesar 12,30 %, jauh diatas nasional dibawah 10 %. Stunting pada angka sekitar 28 % juga diatas nasional sekitar 26% dari standar WHO maksimal 20%. Rasio gini yang menberi indikasi ketimpangan pengeluaran juga masih tinggi sebesar 0,305.
Berdasarkan kinerja ekonomi yang dicapai, maka arah pembangunan Sulteng 2024 - 2029 seyogianya mendorong pengembangan sektor pangan dan pariwisata lebih serius. dan lebih modern. Potensi kedua sektor ini cukup besar,berada pada tiga belas dan satu kota.
Diperlukan redesain peta jalan bagi pengembangan kedua sektor ini, terintegrasi dengan sektor lain agar implementatif dan berkelanjutan. Strategi Provinsi Sulawesi Selatan di era Gubernur Achmad Amiruddin disebut three konsepsi/programs bisa menjadi salah satu referensi.
Perubahan pola pikir, Perwilayahan komoditas dan Petik olah dan jual sebagai filosofi Gubernur Achmad Amiruddin dalam mengembangkan sektor pangan dan pariwisata yang hasilnya kini dapat dilihat terhadap kemajuan kedua sektor itu.
Redesain pengembangan kedua sektor ini tentunya harus didalami oleh pemenang kontestasi Pilkada Sulteng tahun 2024. Namun tidak kalah pentingnya melalui peran Bappeda, kisi kisi pengembangan kedua sektor ini terakomodir dalam rancangan RPJPD 2025 - 2045. ***