ekonomi

Ekonomi Tumbuh Tinggi Tak Menjamin Daya Beli, Realita Makanan dan Produk Murah Diserbu Warga

Minggu, 26 Oktober 2025 | 10:02 WIB
Hamparan sawah yang baru saja selesai panen. Foto insert: Dr. Hasanuddin Atjo. (Foto: IST).

Keterbatasan suplai komoditi pangan karena gagal panen akibat penyakit, musim dan bencana alam serta praktek "penimbunan" juga menjadi salah satu penyebab inflasi tidak terjaga.

Menurunnya daya beli warga ditunjukkan oleh femomena bergesernya pilihan kepada penyedia yang lebih murah untuk memenuhi kebutuhan dasar sandang, pangan serta kebutuhan primer lainnya.

Terlihat di pusat keramean, seperti di kota Palu tumbuh dan berkembang warung nasi dengan harga serba 10 ribu rupiah. Demikian pula toko pakaian serba 35 ribu rupiah melengkapi bisnis yang lagi naik daun di mana mana.

Ironinya, pelanggan warung murah dan pakaian murah tidak saja dibanjiri oleh yang berpenghasilan pas-pasan. Nanun sejumlah pelanggan berkendaraan roda empat pun ikut bergabung. Ini semakin memperkuat dugaan daya beli sedang menurun.

Baca Juga: Pasca Terpapar Radioatif dan Antibiotik, Tantangan Industri Udang Perlu Dibenahi Secara Holistik dan Totalitas

Sebaliknya rumah makan dan restoran mulai sepi pembeli karena relatif mahal. Apalagi
restoran dikenakan pajak sebesar 10% ikut menambah harga yang mesti dibayar oleh konsumen.

Sejumlah toko pakaian yang telah berinvestasi cukup besar termasuk mall mulai sepi pengunjung. Digantikan oleh penjualan online yang harganya lebih murah, cepat dengan model yang update mengikuti trend perubahan.

Dari gambaran itu memberi pesan, ekonomi tidak cukup tumbuh tinggi tetapi harus diikuti kualitas pertumbuhan 17 sektor usaha. Sektor yang menjadi potensi daerah pada umumnya seperti produksi pangan mesti jadi salah satu prioritas dikembangkan.

Presiden Prabowo Subianto pada rencana kerjanya antara lain menaruh perhatian besar terhadap upaya mewujudkan swasembada pangan, energi dan air. Ketiga komponen ini memang harus didorong dan dikembangkan simultan.

Baca Juga: Tugas Menantang Ketua HNSI Sulteng Terpilih Syarifuddin Hafid, Ada Secerca Harapan Program Berani Makmur dan Ekonomi Biru

Industri pangan modern (hulu dan hilir) berkelanjutan harus didukung oleh ketersediaan energi dan air. Menjaga hutan agar terpelihara tentunya jadi satu kunci penting menjamin ketersediaan air.

Pengembangan energi yang terbarukan seperti air, angin, matahari, gelombang, pasang surut dan lainnya telah jadi pilihan Pemerintah kabinet merah putih. Ini dinilai sangat relevan dengan target SDG,s (Sustainable Development Goals) yang menjadi harapan warga dunia.

Terakhir bahwa kerja keras Presiden Prabowo Subianto yang telah ditunjukkan dalam kurun waktu satu tahun, utamanya penegakan hukum, upaya "bersih bersih" serta kerja yang berorientasi hasil dinilai sebagai pertanda baik untuk Indonesia yang lebih maju, Indonesia Emas 2045. (*)

Halaman:

Tags

Terkini