Oleh: Dr. Hasanuddin Atjo
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) negeri bercirikan kepulauan ini pada lima tahun terakhir berada pada kisaran angka lima persen. Padahal dari sumberdaya yang dimiliki pertumbuhan PDB berpotensi tumbuh lebih dari itu.
Karena itu, Presiden Prabowo meyakini bahwa PDB negeri ini bisa tumbuh hingga delapan persen pada akhir tahun 2029. Dan ini, tentunya memerlukan strategi yang khusus dan kerja extraordinary.
Tatakelola pemerintahan dan penegakan hukum, mutu SDM, inovasi & teknologi, investasi, pengembangan infrastruktur, kemudahan perizinan, jaminan keamanan dan hilirisasi dalam rangka nilai tambah menjadi catatan penting guna mencapai target itu.
Pada subsektor kelautan dan perikanan, udang merupakan kontributor utama perolehan devisa ekspor hasil perikanan dan sekaligus menyumbang pertumbuhan PDB. Devisa dari industri ini tercatat sekitar 40 persen dari devisa ekspor hasil perikanan.
Pada tahun 2022 nilai ekspor udang Indonesia sebesar $US 2,07 miliar. Selanjutnya ekspor udang tahun 2023 hanya US$ 1,73 miliar, dan turun sebesar 19,8 persen dibanding tahun 2022 (KKP, 2024).
Pada tahun yang sama Equador dan Vietnam meraup devisa dari mengekspor udang masing-masing mendekati US$ 9,0 dan US$ 4,0 miliar, padahal garis pantainya kurang dari 3.000 km. Sementara itu Indonesia memiliki garis pantai sekitar 100.000 km, terpanjang kedua.
Indonesia sejak lama belum mampu keluar dari persoalan penyakit udang yang dominan disebabkan oleh bakteri dan virus. Penyakit menjadi sebab utama menurunnya produksi dan ekspor komoditi ini.
Catatan dari sejumlah asosiasi bahwa produksi udang tahun 2023 tidak lebih dari 400 ribu ton dengan volune ekspornya sekitar 250 ribu ton. Tahun 2024 produksi udang negeri ini diprediksi akan menurun lagi setelah melihat fenomena permintaan benur dan pakan yang menurun cukup tajam.
Pada tahun 2023 Equador bisa memproduksi udang sekitar 1,2 juta ton dan Vietnam 600 ribu ton. Pada tahun 2024 Equador memproyeksikan produksi udang mereka bisa mencapai 1,3 juta ton.
Daya saing juga menjadi soal yang mendera industri ini dan perlu dicarikan solusinya. HPP (Harga Pokok Produksi) udang budidaya di Indonesia ternyata lebih mahal $US 0,75 per kg dari Equador dan $US 0,35 dari Vietnam.
Baca Juga: Paradigma Baru Peningkatan Produksi Udang Berdaya Saing Global
Selain itu, sekitar 70 persen pasar udang Indonesia tujuan Amerika Serikat, menyusul ke Jepang, Uni Eropa dan sangat kecil ke China yang pada saat ini dijadikan pasar potensial oleh sejumlah negara produsen seperti Equador, Vietnam dan India.
Sejak tahun 2023 Ekspor udang ke Amerika Serikat dikenakan pajak anti dumping sebesar 6,3 persen, dan tahun 2024 bisa direduksi menjadi 3,9 persen oleh perjuangan Pemerintah dan Asosiasi Udang Indonesia.
Tidak hanya soal anti dumping, daya beli warga AS juga turun pada tiga tahun terakhir karena resesi ekonomi menyebabkan permintaan udang mengalami penurunan yang signifikan. Ini tentunya menambah tantangan industri udang nasional.