Saat ini, Indonesia bahkan masih mengimpor 300.000 ton kakao per tahun. Bahkan kebutuhan pasar domestik sendiri masih belum tercukupi. Olehnya itu, desa harus mampu menangkap peluang ini untuk meningkatkan perekonomiannya.
Baca Juga: Ahmad Ali Diyakini Bisa Bangkitkan Pariwisata Sigi, Termasuk Permandian Porame
Direktur PT MARS Symbioscience Indonesia, Fay Fay Choo menambahkan bahwa model yang tepat dalam pengembangan kakao di Sulteng adalah model pemberdayaan partisipatif.
Model ini akan melibatkan kelompok tani, perempuan dan pemuda. Sehingga tidak hanya meningkatkan pendapatan petani saja, tetapi juga perempuan dan pemuda.
"PT MARS akan bekerja di bagian hulu dalam mewujudkan hilirisasi produk kakao berbasis desa. Kami akan mengedukasi petani dan bekerjasama dalam hal-hal teknis lainnya. Kami sangat apresiasi dengan hilirisasi produk kakao berbasis desa," kata Fay Fay Choo. (*)