ekonomi

Lobster Semestinya Jadi Salah Satu Sumber Devisa Utama dan Kesejahteraan

Kamis, 2 Mei 2024 | 07:33 WIB
Dr. Hasanuddin Atjo (kiri). Lobster saat ini menjadi salah satu primadona untuk dikonsumsi. (Foto: Ist).

Oleh: Dr. Hasanuddin Atjo
(Anggota Dewan Pakar Ispikani)

Menteri Kelautan - Perikanan, Sakti Wahyu Trenggon pada Senin 29 April 2024, membuka secara resmi IABF, Indonesia Aquaculture Business Forum, bertempat di salah satu hotel di Jakarta berkaloborasi dengan detik.com.

Salah satu tujuan IABF adalah mendorong investasi hulu-hilir perikanan budidaya termasuk pengembangan inovasi dan teknologinya yang dinilai perlu ditingkatkan, kerjasama pihak dalam maupun luar negeri

Lima komoditas budidaya yang akan menjadi pilar utama yaitu udang, lobster, nila, rumput laut dan kepiting. Kelima komoditas ini diharapkan bisa mendorong penerimaan devisa dari ekspor hasil perikanan dan menyerap tenaga kerja.

Baca Juga: Perlu Roadmap untuk Menjadi Penyangga IKN

Tercatat nilai ekspor perikanan tahun 2023 sebesar 5,6 miliar USD. Pencapaian ini menurun dibanding tahun 2022 yang mencapai 6,2 miliar USD. Dari nilai itu, ekspor udang terutama vaname berkontribusi hampir 40 persen, disusul ikan tuna, rajungan rumput laut dan jenis lainnya (KKP, 2024).

Sementara itu Vietnam yang potensi sumberdaya terbatas pada tahun yang sama devisa ekspor hasil perikanan hampir 9 miliar USD (VASEP Asosiasi Pengolahan dan Ekspor Hasil Perikanan Vietnam, 2023). Dan yang menarik bahwa nilai dari ekspor lobster diperkirakan mendekati angka 2,5 miliar USD. Dan Indonesia hanya sekitar 100 jutaan dolar USD.

Padahal negara ini datangkan BBL, benih bening lobster dan disebut Peurulus dominan dari Indonesia secara legal maupun ilegal, dengan jumlah diprediksi sekitar 100 juta ekor benih per tahun.

Indonesia merupakam negara penghasil benih lobster alam terbesar dunia. Berdasarkan Kepmen KP nomor 28 tahun 2024 tentang estimasi potensi, jumlah tangkapan dibolehkan, dan kuota penangkapan benih, membolehkan menangkap BBL 90 persen dari estimasi potensi yaitu sebanyak 419.213. 749 ekor dari enam jenis.

Dari jumlah tersebut jenis BBL Mutiara dan Pasir yang banyak dicari karena harga dari lobster konsumsi, terutama Mutiara sangat mahal. Dari informasi yang didapatkan bahwa harga lobster jenis Mutiara ukuran 1 kg, di Vietnam dinilai 1,2 juta rupiah per ekor.

Sementara di Indonesia dengan jenis dan ukuran yang sama diberi harga hanya separuhnya. Perbedaan ini lebih disebabkan oleh biaya logistik yang tinggi.

Baca Juga: Tambak Udang Jangan Jadi Korban dari Isu Lingkungan, Pemerintah Harus Hadir dan Mendorong Inovasi Kelola Air Buangan

Dari Vietmam bisa lebih murah, karena dapat diangkut dengan cargo darat. Sementara itu dari Indonesia harus dengan cargo udara yang tentu saja terbilang mahal.

Berdasarkan nilai jual lobster, wajar saja bisnis BBL menarik bagi sejumlah orang. Konon kabarnya di Vietnam harga 1 ekor BBL Mutiara mencapai 100 ribu rupiah. Sedangkan di Indonesia hanya mencapai 20 ribu rupiah per ekor.

Fakror inilah menyebabkan regulasi ekspor BBL dilakukan secara buka tutup. Era Menteri Susi Puji Astuti ditutup sama sekali dengan harapan bahwa budidaya berkembang, namun yang terjadi tidak demikian, bahkan penyeludupan semakin menjadi.

Halaman:

Tags

Terkini