METROSULTENG — Upaya transformasi keberlanjutan PT Vale Indonesia Tbk kembali membuahkan hasil. Dalam kurun kurang dari satu tahun, perusahaan berhasil menekan skor risiko Environmental, Social, and Governance (ESG) dari 29,8 menjadi 23,7 berdasarkan penilaian terbaru Sustainalytics.
Penurunan signifikan ini menempatkan PT Vale dalam jajaran top 15 perusahaan tambang dengan risiko ESG terendah di dunia, sekaligus menjadi yang terendah di Indonesia untuk sektor pertambangan. Capaian tersebut semakin menegaskan bahwa perusahaan tambang di Asia Tenggara mampu berkompetisi pada standar keberlanjutan global.
Peningkatan skor didorong oleh performa PT Vale pada berbagai aspek keberlanjutan, seperti efisiensi energi, pengurangan emisi, penerapan standar keselamatan kerja, kesejahteraan karyawan, inklusi tenaga kerja, hingga pengelolaan rehabilitasi lahan bekas tambang.
Baca Juga: PT Vale Hadirkan Inovasi “Tumbu Bersama Alam”: Barcode Pintar Pantau Tanaman Reklamasi
CEO PT Vale Indonesia, Bernardus Irmanto, menegaskan bahwa capaian ini tidak lahir secara instan, melainkan hasil konsistensi dalam menjaga integritas di setiap kebijakan keberlanjutan perusahaan.
“Pertumbuhan bisa dicapai tanpa kehilangan integritas,” ujar Irmanto melalui kanal media sosial resmi perusahaan, Minggu (16/11/25). Ia menambahkan bahwa peningkatan skor ini merupakan refleksi dari pengelolaan energi dan emisi yang lebih ketat, praktik keselamatan kerja yang semakin baik, serta keterlibatan aktif perusahaan bersama masyarakat.
Bagi PT Vale, pencapaian dari Sustainalytics bukan sekadar pengakuan, tetapi menjadi pengingat untuk terus mengelola operasional dengan transparan, berhati-hati, dan bertanggung jawab. Perusahaan juga menekankan bahwa keberhasilan tersebut merupakan buah kolaborasi antara karyawan, komunitas, mitra kerja, pemerintah, dan masyarakat yang mendukung misi pertambangan hijau.
Baca Juga: Dua Kabupaten, Satu Komitmen: PT Vale Perluas Program Kesehatan di Morowali dan Kolaka
Dengan hasil evaluasi terbaru ini, PT Vale menyatakan komitmennya untuk terus memperkuat standar keberlanjutan, sekaligus membawa praktik pertambangan Indonesia semakin dekat dengan benchmark global. (*)
