Berawal Dari Kegagalan, UMKM Tekstil Ramah Lingkungan Asal Bekasi Ini Terus Berkembang Bersama BRI

photo author
- Jumat, 7 November 2025 | 12:30 WIB
Aminah Tri Astuti dilokasi usaha Kranggan Permai, Bekasi yang mendapat Program BRIncubator (Foto; Ist)
Aminah Tri Astuti dilokasi usaha Kranggan Permai, Bekasi yang mendapat Program BRIncubator (Foto; Ist)

METRO SULTENG - Usaha tekstil ramah lingkungan kini semakin berkembang di kalangan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Salah satunya adalah Qaniacraft Ecoprint, usaha milik Aminah Tri Astuti yang berlokasi di Kranggan Permai, Bekasi. Mengusung konsep sustainable fashion, Aminah mengolah kain dengan motif alami dari dedaunan dan pewarna nabati.

Menariknya, ide usaha ini berawal dari hal sederhana. Aminah mengenal ecoprint secara tidak sengaja ketika membantu anaknya membuat tugas sekolah.

“Anak saya waktu itu dapat tugas membuat shibori. Saat mencari referensi di internet, saya justru menemukan teknik ecoprint. Dari situ saya coba sendiri di rumah, meski percobaan pertama gagal karena saya salah pakai alat,” ujarnya.

Kegagalan tersebut justru membuatnya semakin tertarik. Saat pandemi berlangsung, ia memanfaatkan waktu di rumah untuk mempelajari teknik ecoprint lebih dalam melalui workshop daring dan komunitas sesama pengrajin.

Baca Juga: BRI Ajak Generasi Muda Jaga Ekosistem Lingkungan Melalui Penanaman Mangrove dan Pengelolaan Limbah Plastik

Kini, Qaniacraft memproduksi berbagai jenis busana seperti pashmina, outer, vest, hingga busana modern. Produk berbahan kain alami ini dikerjakan secara manual dengan teknik yang memerlukan waktu dan ketelatenan tinggi.

Dalam proses produksinya, Qaniacraft Ecoprint menggunakan teknik pewarnaan alami yang seluruhnya dilakukan secara manual. Aminah menjelaskan bahwa ecoprint memiliki beberapa metode, seperti pounding (dipukul) dan steam (dikukus).

Teknik yang digunakan Qaniacraft membutuhkan waktu cukup lama, bisa mencapai dua hingga tiga minggu.

Prosesnya dimulai dari kain putih yang dibersihkan terlebih dahulu melalui tahap scouring untuk menghilangkan sisa minyak pabrik. Setelah itu kain masuk ke tahap mordan, yaitu proses menyiapkan kain agar dapat menyerap warna alami dengan baik.

“Selama pandemi saya banyak belajar dari komunitas. Setelah situasi membaik, kami mulai belajar tatap muka dan ikut berbagai pelatihan, termasuk soal bisnis dan desain motif. Karena pandemi, saya banyak waktu di rumah untuk eksplorasi,” jelasnya.

Baca Juga: BRILink Sekarang Jadi Idola Masyarakat, Dalam 6 Bulan Ini Telah Bukukan Volume Transaksi Rp843 Triliun dari 1,22 Juta Agen di Seluruh Indonesia

Berbekal pengalaman di bidang butik yang telah dimilikinya sebelumnya, Aminah mulai mengembangkan Qaniacraft menjadi usaha yang lebih terarah. Ia juga aktif mengikuti berbagai pameran dan peragaan busana bersama rekan-rekan pengrajin.

Selain mengembangkan usahanya, Aminah juga membentuk komunitas Bekasi Ecoprint Club, yang kini beranggotakan 13 brand ecoprint yang saling belajar dan berkembang bersama.

“Kami sering mengadakan kegiatan seperti ecopounding, fashion show di mal, dan pameran bersama. Lewat komunitas, kami bisa saling tukar pengalaman, belajar teknik baru, dan memperluas jaringan,” katanya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Subandi Arya

Tags

Rekomendasi

Terkini

X