METROSULTENG- Pagi yang hangat di Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Deru alat berat terdengar berbeda. Bukan lagi raungan mesin diesel, melainkan dengung tenang kendaraan listrik yang melintas di jalur pengangkutan ore nikel PT Vale Indonesia Tbk.
“Ini menjadi kado istimewa bagi saya berkontribusi untuk PT Vale Indonesia. Saya bangga bisa jadi bagian dari upaya menurunkan emisi karbon,” tutur Yulianti, operator alat berat perempuan yang sudah satu dekade bekerja di tambang ini.
Inovasi itu menjadi bagian dari komitmen perusahaan dalam menjalankan hilirisasi hijau—mengolah nikel hingga menjadi bahan baku baterai di dalam negeri. Tak hanya menumbuhkan lapangan kerja baru, langkah ini memastikan nilai tambah mineral tetap dinikmati di tanah air.
PT Vale tercatat sebagai perusahaan tambang pertama yang meluncurkan kendaraan listrik di Sulawesi Selatan. Uji coba bus listrik berkapasitas 48 penumpang dilakukan sejak 2023, dengan tenaga maksimum 240 kilowatt.
Transformasi ini sejalan dengan target perseroan menekan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) absolut sebesar 33 persen pada 2030, serta mencapai net zero emission pada 2050.
Energi Hijau untuk Smelter
Komitmen menjaga bumi bukanlah hal baru. Sejak awal beroperasi di Indonesia, PT Vale mengandalkan energi bersih dari PLTA Larona (1978). Kini, tiga PLTA milik perusahaan mampu menghasilkan listrik hingga 365 Megawatt (MW) untuk menopang proses smelting bijih nikel.
Limbah Jadi Berkah: Ekonomi Sirkular
Tak hanya energi, Vale juga mengelola limbah tambangnya dengan konsep zero to waste. Limbah slag atau terak, hasil samping peleburan bijih logam, diolah menjadi bahan konstruksi bernilai seperti paving block, beton, batako, hingga material pengerasan jalan.
Di Enggano, sekitar 500 paving block dari limbah slag sudah terpasang di jalur pejalan kaki. Langkah ini mengurangi penimbunan slag di tempat penyimpanan sementara sekaligus mendukung ekonomi sirkular yang berorientasi pada pemanfaatan sumber daya berkelanjutan.
Menjaga Laut dan Pesisir
Selain fokus pada pengelolaan limbah tambang, PT Vale juga serius menjaga lingkungan dengan mengelola sampah domestik dan mendorong pemanfaatan kembali material bekas agar tidak mencemari ekosistem.
Di wilayah pesisir, perusahaan berkolaborasi dengan masyarakat dan pemerintah dalam program konservasi terumbu karang dan restorasi mangrove. Upaya ini bertujuan memulihkan fungsi ekosistem laut, melindungi garis pantai, serta meningkatkan kesejahteraan nelayan melalui keberlanjutan sumber daya ikan.
Hingga 2025, ribuan bibit mangrove sudah ditanam di kawasan pesisir Sulawesi, sementara transplantasi karang dilakukan di beberapa titik laut yang terdampak.
Reklamasi Pascatambang
Di daratan, Vale menjalankan program reklamasi pascatambang sebagai bentuk tanggung jawab lingkungan. Lahan bekas tambang direstorasi kembali melalui penataan lahan, penanaman kembali vegetasi lokal, hingga pemulihan keanekaragaman hayati.
Langkah ini memastikan area yang sudah dieksplorasi bisa kembali berfungsi secara ekologis, bahkan sebagian dijadikan ruang hijau produktif untuk masyarakat.