Menghapus hambatan non-tarif untuk ekspor pertanian AS, mencakup pembebasan dari seluruh skema perizinan impor, termasuk kebijakan neraca komoditas.
Baca Juga: Ozzy Osbourne Meninggal, Ikon Rock Dunia Pangeran Kegelapan
Indonesia juga akan memastikan transparansi dalam perlindungan indikasi geografis, serta memberikan status tetap sebagai Fresh Food of Plant Origin untuk produk tanaman asal AS.
Memperkuat aturan asal barang, di mana AS dan Indonesia akan merundingkan aturan asal barang (rules of origin) yang lebih jelas dan memfasilitasi.
Tujuannya agar produk dari negara ketiga tidak mendapat keuntungan dari perjanjian tersebut.
Penyelarasan keamanan ekonomi, di mana Indonesia akan bergabung dengan Global Forum on Steel Excess Capacity dan mengambil tindakan nyata untuk mengatasi kelebihan kapasitas baja global.
Peningkatan standar ketenagakerjaan, di mana Indonesia berkomitmen untuk mengadopsi dan menerapkan larangan impor produk hasil kerja paksa.
Selain itu, Indonesia akan menghapus aturan yang membatasi kebebasan berserikat dan hak tawar-menawar kolektif bagi pekerja dan serikat.
Kesepakatan komersial strategis di sektor pertanian, dirgantara, dan energi. Kesepakatan ini akan mendorong peningkatan ekspor AS ke Indonesia.
Rincian isi lembar fakta kesepakatan selengkapnya bisa diakses di tautan ini. Kesepakatan resiprokal ini akan diresmikan dalam beberapa minggu ke depan.
Gedung Putih menyebut bahwa Indonesia merupakan negara dengan defisit perdagangan barang terbesar ke-15 bagi AS.
Total defisit perdagangan barang AS dengan Indonesia disebut mencapai 17,9 miliar dollar AS (sekitar Rp 291 triliun) pada tahun 2024.***