METRO SULTENG - Perkembangan bisnis online dengan sistem pembayaran COD atau barang datang baru bayar, kian berkembang di masyarakat. Peminatnya pun semakin bertambah berbelanja barang kesukaan mereka melalui media sosial.
Pergerakan transaksi belanja online, dengan sistem bayar di tempat COD (cash on delivery), membuat pedagang konvensional bermuram durja.
Baca Juga: Motor Dicuri di Parkiran Smelter PT GNI, Polres Morut Tangkap Pelakunya
Pakaian jadi, sepatu, sendal, maupun alat perangkat elektronik, sudah kurang diminati. Seperti di Pasar Sentral Beteleme Kabupaten Morowali Utara, pedagang terancam gulung tikar akibat pembelinya menurut drastis.
"Pembeli menurun sekitar 70 persen, akibat tergerus sistem pembayaran COD, pesanan secara online lewat sosial media atau sambungan whatshapp," kata Hasan, salah satu pedagang di Pasar Sentral Beteleme, Sabtu (18/1/2025).
Baca Juga: Harga Beras di Pasar Beteleme Morut Merangkak Naik, Rp10.000 hingga Rp11.000/Kg
Menurut Hasan, hanya saja kadang pesanan lewat online tiba tidak sesuai permintaan. Contohnya, pesanan seperti baju atau celana, biasanya yang datang tidak sesuai ukuran. Badan, bahkan kualitasnya diduga tidak sesuai yang tertera dalam promosi barang di media sosial.
"Berbeda dengan belanja langsung, konsumen bebas memilih barang. Seperti celana dan pakaian jadi, serta ukurannya. Meski begitu, kita berharap para pedagang konvensional yang menjual pakaian, sepatu, sendal dan sejenisnya bisa bertahan. Dan bahkan mampu bersaing dengan sistem belanja online bayar di tempat," harap Hasan.
Tak hanya Hasan, Mustari yuga salah satu pelaku usaha di Pasar Sentral Beteleme, juga mengeluhkan daya beli masyarakat pakaian jadi menurun drastis akibat bisnis sistem COD.
Baca Juga: Masjid Besar di Morowali Utara Sementara Dibangun, Anak Usaha Astra Agro Kirim Bantuan
"Mau bagaimana lagi pak," ujar Mustari kepada media ini setengah pasrah.
"Kita dihadapkan dengan badai perkembangan ekonomi yang dahsyat akibat perkembangan zaman era online," tambah pedagang yang sudah 30 tahunan berdagang pakaian tersebut.
Mustari juga mengatakan, sat dilanda pendemi Corona beberapa tahun silam, pembeli pakaian jadi masih stabil.
Namun anehnya sekarang, Morowali Utara yang dikenal dengan daerah petra dollar yakni industri tambang nikel, penjualan pakaian malah jadi menurun drastis.