Pertambangan dan Penggalian sebesar 15,30% ; Konstruksi sebesar 8,31%; Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil, Sepeda Motor sebesar 5,82%. Kelima sektor tersebut kontribusinya mencapai 85,57% (BPS Sulteng 2024).
Pada 15 tahun lalu kontribusi sektor pertanian, perikanan dan kehutanan adalah yang tertiggi diantara sektor lainnya yaitu mencapai sekitar 40%. Namun secara perlahan peran sektor ini menurun drastis dari tahun ke tahun, padahal sekitar 65% masyarakat Sulteng bekerja di sektor tersebut.
Baca Juga: Gubernur Rusdy Mastura Minta PPI Mengkaji Sulteng Negeri 1.000 Megalit
Meningkatnya kontribusi dari industri pengolahan terhadap PDRB Sulteng dipengaruhi oleh hilirisasi nikel di Morowali dan Morowali Utara. Dan faktor ini menyebabkan pertumbuhan ekomomi (PDRB) Sulteng pada tiga tahun terakhir selalu diatas dua digit.
Pertumbuhan PDRB daerah ini tahun 2023 sebesar 11,91%, dan mencapai Rp 347.139,17 milyar (347,139 triliun rupiah) atau sebesar 13,6% terhadap APBN tahun 2023 yaitu 2.553,2 triliun rupiah. Dan selanjutnya PDRB per kapita mencapai Rp 112,46 juta atau setara USD 7.497 (Kurs dolar Rp 15.000).
PDRB perkapita Sulteng masuk kategori tinggi di Indonesia, namun tidak merata. Hal ini ditunjukkan angka rasio gini atau ketimpangan pendapatan, angka stunting, kemiskinan serta pengangguran terbuka masih tinggi diatas rata rata nasiomal.
Demikan pula dengan Nilai Tukar Petani (NTP) tergolong rendah dibawah nasional yang di tahun 2023 hanya sebesar 114%, bahkan terdapat tiga subsektor nilai NTP-nya berada dibawah angka 100%.
Kepindahan IKN ke Panajam Paser Utara, Pulau Kalimantan serta majunya hilirisasi nikel di Kabupaten Morowali dan Morowali Utara akan memicu meningkatnya kebutuhan akan suplai pamgan secara kontinyu dan berkualitas.
Mendorong hilirisasi pertanian Sulteng masih diperhadapkan pada sejumlah persoalan yang mendasar, antara lain tingkat produktivitas komoditi masih rendah, tingginya biaya logistik karena konektivitas yang masih rendah, lemahnya transformasi inovasi dan teknologi serta terbentur dalam hal penerapan mekanisasi dan digitalisasi.
Baca Juga: Daya Saing Udang Terkendala Lemahnya Integrasi Hulu-Hilir dan Digitalisasi
Uraian diatas memberi makna bahwa hilirisasi pertanian di Sulteng strategis dan penting menjadi program prioritas pada priode 2025-2045. Dan untuk itu diperlukan sebuah skenario jangka panjang.
Pemerintah daerah dipandang penting dan mendesak untuk melahirkan sebuah dokumen perencanaan jangka panjang "Hilirisasi Sektor Pertanian Sulawesi Tengah" sebagai pedoman bagi kabupaten dan kota dalam menyusun rencana jangka menengah (lima tahun) dan jangka pendek (tahunan). ***