METRO Sulteng – Pemimpin Perum Bulog Sub Devisi Regional (Divre) Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, Chandra AG mengungkapkan saat ini Bulog masih kesulitan menyerap beras petani lokal untuk cadangan beras pemerintah karena tingginya harga yang ditetapkan petani.
“Memang sebagian wilayah di Banggai, seperti di dataran Toili sementara panen. Namun harga beras di gilingan dijual dengan harga Rp. 11.000 sampai Rp. 12.000 per kilogram. Sementara harga pembelian pemerintah (HPP) Rp. 9.950 per kilogram. Sehingga kami sulit membeli kalau harga beras di atas HPP," ujar Chandra dikantornya, Jumat (3/11/2023).
Baca Juga: Bupati Morut Pimpin Rapat Evaluasi Program Strategis Disdikbud Morut TA 2024 Secara Virtual
Karena itu, saat ini stok beras di gudang Bulog didominasi beras impor, di antaranya dari Thailand sebagai cadangan beras pemerintah. “Saat ini pasokan masih didominasi beras impor dari Thailand,” katanya.
Menurut Chandra, ada beberapa faktor yang membuat harga beras petani di Banggai lebih tinggi dari HPP, terutama faktor cuaca. Sebab faktor cuaca memegang peranan penting dalam produksi hasil pertaniaan.
Baca Juga: Bagaimana Langkah KEK Palu oleh Kehadiran IKN, di Panajam Paser Utara?
“Nah, saat ini musim kemarau tengah melanda tanah air, termasuk di Banggai. Jelas berdampak pada daerah produsen pangan, yang mengakibatkan harga beras naik,” sebutnya.
Namun, kata Chandra, masayarakat tak perlu khawatir karena stok beras yang ada di gudang Bulog masih tergolong aman hingga Januari 2024. ***