HKN, Momentum Memaknai Arti Sehat

photo author
- Jumat, 14 November 2025 | 08:11 WIB
Hastia Piyama,SKM., M.Kes
Hastia Piyama,SKM., M.Kes

Oleh : Hastia Piyama,SKM., M.Kes 

Ketua Perhimpunan Sarjana & Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (PERSAKMI) Kab.Banggai Laut".

METRO SULTENG- Peringatan Hari Kesehatan Nasional 2025 adalah momentum penting untuk mengingatkan bahwa kesehatan adalah tanggung jawab bersama dan momentum untuk menengok kembali makna “sehat” di tengah kehidupan yang terus berubah dan berkembang. 

Kesehatan adalah investasi masa depan. Dengan masyarakat yang sehat, kita bisa membangun generasi yang lebih kuat, produktif, dan sejahtera, sesuai dengan tema tahun ini: Generasi Sehat, Masa Depan Sehat".

Saat ini kita telah bergeser dari paradigma mengobati orang sakit menjadi menjaga orang sehat agar tetap sehat. Selama bertahun-tahun, sehat kerap dimaknai sebatas kondisi fisik: tubuh bugar, bebas penyakit, dan sanggup bekerja, tanpa hambatan. Tapi perkembangan sosial, ekonomi, dan lingkungan menunjukkan bahwa kesehatan sejatinya bersifat lebih menyeluruh. Ia mencakup keseimbangan antara tubuh, pikiran, dan kondisi sosial-ekonomi yang menopangnya.

Pemerintah Indonesia pun telah lama menegaskan paradigma utuh mengenai kesehatan ini. Kesehatan tidak lagi dipandang semata sebagai urusan kuratif, melainkan ditopang oleh pendekatan promotif dan preventif, misalnya melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), masyarakat diajak mengubah perilaku sehari-hari: makan bergizi seimbang, rutin bergerak, serta memeriksakan kesehatan secara berkala.

Baca Juga: Hamish Daud Sesalkan Fitnah Nitizen Lewat Screenshot Pinterest, Mengaku Sudah 10 Tahun Kenal Keluarga Sabrina dan Dimintai Masukan Soal Arsitek

Salah satu langkah konkret pemerintah adalah Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang kini hadir di berbagai daerah. Program ini membuka akses bagi masyarakat untuk memeriksa tekanan darah, kadar gula, kolesterol, dan berat badan, tanpa biaya.

Walau tampak sederhana, inisiatif seperti CKG berperan penting dalam membangun kesadaran dini, bahwa mencegah selalu lebih baik, lebih hemat, dan lebih manusiawi daripada mengobati.

Dalam konteks yang lebih luas, makna sehat tidak dapat dipisahkan dari kesejahteraan. Tubuh yang kuat takkan bertahan lama bila pikiran terus tertekan, atau bila kesulitan ekonomi menggerus daya hidup. Karena itu, berbicara tentang kesehatan, berarti berbicara tentang manusia secara utuh, jasmani, rohani, dan sosial.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak lama mendefinisikan sehat, bukan sekadar ketiadaan penyakit, melainkan “keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial”. Definisi ini menegaskan bahwa kesehatan adalah bagian dari kesejahteraan manusia yang menyeluruh.

 Raga yang sehat menjadi fondasi awal. Ia menuntut disiplin sederhana: makan bergizi, tidur cukup, bergerak teratur, dan menjauh dari kebiasaan merusak. Di tengah kehidupan urban yang serba cepat, menjaga tubuh sering kali menjadi tantangan tersendiri. Pola makan instan, jam kerja panjang, dan polusi diam-diam menurunkan daya tahan tubuh.

Makin berkembang pula budaya sehat instan. Kita ingin sehat, tapi sering mencari jalan pintas, dari suplemen yang dijanjikan selebritas, sampai tren diet yang viral di media sosial. Padahal, sehat sejati tak bisa dicetak cepat; ia tumbuh dari disiplin dan kesadaran, bukan dari iklan dan testimoni. Dan menjaga fisik adalah bentuk penghormatan terhadap kehidupan itu sendiri.

Sementara, tubuh yang kuat tak akan berarti, bila jiwa ringkih. Tekanan sosial, informasi berlebih, dan kesenjangan emosional kerap menimbulkan stres berkepanjangan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Reza Parham

Tags

Rekomendasi

Terkini

X