Faisal Basri di Mata Sahabat dan Junior: Tajam Seperti Pedang, Bukan Keris

photo author
- Jumat, 6 September 2024 | 12:47 WIB
In memoriam Faisal Basri, ekonom senior INDEF yang meninggal dunia pada Kamis 5 September 2024 di Jakarta. (Foto: Ist).
In memoriam Faisal Basri, ekonom senior INDEF yang meninggal dunia pada Kamis 5 September 2024 di Jakarta. (Foto: Ist).

METRO SULTENG - Ekonom senior Faisal Basri meninggal dunia pada Kamis (5/9/2024) pagi di Jakarta, sekitar pukul tiga pagi waktu setempat.

Meninggalnya ekonom INDEF (Institute for Development of Economics and Finance) itu meninggalkan duka yang mendalam. Tidak hanya bagi keluarga dan internal INDEF, bangsa dan rakyat Indonesia juga merasa kehilangan.

Di mata junior dan sahabatnya di INDEF, Faisal Basri sosok yang langka. Ia tidak pandai berbasa-basi. Pandangan-pandangannya tentang ekonomi - politik Indonesia dikenal lugas dan bahkan teramat keras.

Seperti yang disampaikan Prof Ahmad Erani Yustika, dalam tulisannya sesaat setelah menerima kabar duka berpulangnya Faisal Basri. Erani pernah menjabat Direktur INDEF 2008. Saat ini dipercayakan sebagai Kepala Sekretariat Wapres RI Mar'uf Amin. Selain itu, Erani juga menjadi dosen di Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur.

Baca Juga: Misi Ekonomi BerAmal, Lahirkan 10.000 Wirausaha Baru di Sulteng

Berikut tulisan lengkap Prof Erani dikutip Metro Sulteng dari media sosial akun Facebook @Ahmad Erani Yustika:

FAISAL BASRI

Pagi ini terasa begitu gelap ketika membuka telpon genggam. Berita duka menyambar layaknya petir: Faisal Basri wafat. Manusia langka ini pulang tanpa ada kabar sakit yang mendahului. Hari-hari terakhirnya masih dijalani lewat pandangannya yang selalu tajam. Saya mengenalnya saat masih mahasiswa dan menjadi lebih intim ketika saya menjadi Direktur INDEF pada 2008. Ia pribadi dan ekonom yang sulit sekali dicari padanannya.

Seluruh keluarga besar INDEF (juga bangsa) tentu berduka cita yang amat mendalam atas wafatnya guru dan sahabat tercinta ini. Sedih tiada terperi atas kepergiannya. Hanya doa mulia yang bisa kami panjatkan: semoga seluruh amal ibadahnya menjadi pahala yang terus mengalir dan diampuni segala dosanya. Keluarga juga diberikan keikhlasan dan ketabahan. Faisal Basri telah pergi, namun gagasan dan api perjuangan tidak pernah menepi.

udang Baca Juga: Pangsa Pasar Udang RI Baru 1,9 Miliar USD, Penyakit dan Daya Saing Menjadi Persoalan, Tantangan Bagi Ispikani

Faisal Basri ialah salah satu pendiri dan senior INDEF yang terus mendampingi para kader ekonom yunior: nyaris tidak ada jarak dengan gaya yang amat bersahaja dan nada bicara yang santun. Masih rajin ke kantor Indef untuk sekadar bercakap ringan atau diskusi ekonomi-politik, tentu saja sambil menyeruput kopi dan merokok (ritual yang belum bisa almarhum kurangi sampai akhir hayat).

Tiap saat kita dikejutkan dengan pandangannya yang lugas, kerap kali amat keras, terhadap isu ekonomi dan politik. Pikirannya dirujuk sebagai penunjuk arah: ke mana seharusnya keberpihakan dialirkan. Ia sangat tidak mahir berbasa-basi sehingga analisisnya terasa menancap, teramat dalam, namun tidak meliuk ke mana-mana, sehingga langsung menuju ke sasaran. Ia menusuk dengan pedang, bukan keris.

Momen bedah buku pada masa pandemi (Januari 2021) merupakan salah satu kenangan terindah selama berinteraksi dengan guru dan sahabat yang lurus ini. Almarhum memberikan sanjungan, namun juga menyalak dengan kritik yang lugas terhadap buku saya tersebut (dengan gaya seperti biasanya). Robert Greene bilang: "Selalu katakan lebih sedikit dari yang diperlukan." Itulah yang diteladankan oleh Faisal Basri. Kami pasti akan merindukannya. Selamat jalan, Bang. (*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Icam Djuhri

Tags

Rekomendasi

Terkini

X