Pembunuhan Anak di Makassar Oleh Dua Remaja Dipengaruhi Tontonan Negatif di Media Sosial

photo author
- Sabtu, 14 Januari 2023 | 19:36 WIB
Dua anak tersangka pembunuh temannya di Makassar
Dua anak tersangka pembunuh temannya di Makassar

METRO SULTENG-Pembunuhan dengan cara mutilasi anak SD di Makassar oleh rekannya sendiri remaja 17 dan 14 tahun yang diungkap Polrestabes Makassar, Senin (11/1/2023) memghebohkan publik.

Kedua tersangka tega membunuh bocah anak kelas lima SD dan membuang mayatnya di kolong jembatan. Motif pembunuhan diduga lantaran tergiur menjual organ tubuh dengan harga ratusan juta.

Menanggapi peristiwa tersebut, Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Cabang Sumenep Kiai Zamzami Sabiq Hamid, mengatakan, perilaku kekerasan atau agresivitas yang dilakukan oleh dua remaja dengan membunuh bocah berusia 11 tahun merupakan kondisi komplek.

Baca Juga: Mantan Ketua PBNU Kiai Said Dilarikan ke Rumah Sakit Karena Kondisi Kesehatan Memburuk

Di samping lemahnya kontrol sosial yang menjadi faktor lingkungan, konten negatif di internet yang menampilkan jual beli organ tubuh menjadi faktor pemicunya.

Dari hal tersebut menjadikan diri pelaku terpengaruh, ingin cepat mendapatkan uang dengan cara mudah dan cepat kaya. Hal ini akhirnya menghilangkan nilai kemanusiaan pada diri seseorang," ujarnya dilansir NU Online.

Menurutnya, hal ini akan semakin parah jika pelaku memiliki kecenderungan sebagai psikopat. Maksudnya, orang yang memiliki gangguan kepribadian, yang ditunjukkan dengan perilaku kasar, tidak sensitif, manipulatif, dan antisosial.

Baca Juga: Jam Tangan Cantik Untuk Wanita Aktif, Inilah Casio Baby-G MSG Series MSG-C150G-3ADR

Sekretaris Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Sumenep itu menegaskan, pelaku tidak merasa jijik bisa jadi karena ada beberapa faktor yang menjadi penyebab perbuatan mereka. Faktor ini bisa terjadi jauh-jauh hari dan berulang-ulang, seperti menyaksikan perilaku kekerasan dalam kehidupan sehari hari di rumah atau lingkungan sekitar.

Dimungkinkan adanya riwayat menjadi korban perilaku kekerasan, baik verbal maupun fisik serta stresor psikososial dalam kehidupan sehari-hari, seperti masalah keuangan, pertengkaran, perceraian, pendidikan, pemutusan hubungan kerja (PHK), hingga situasi tempat tinggal. Faktor-faktor yang cukup banyak ini menjadikan pelaku melakukan agresivitas.

Baca Juga: Lapas Kelas IIB Ampana Ikrar Netralitas PNS Jelang Pemilu 2024

Yang sering terjadi, mereka mendapatkan triger paparan media mengenai kekerasan, film, games, tontonan YouTube, TV, media sosial, dan lain-lainnya," ungkap Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Aengdake, Bluto, Sumenep ini.

Tak hanya itu, lingkungan menjadi salah satu faktor utama mencegah terjadinya agresivitas pada anak, terutama lingkungan keluarga. Ia mengimbau, sebisa mungkin orang tua harus mendampingi anak, baik dalam tontonan serta dalam lingkungan sosialnya. Di samping juga memberikan arahan agar anak memahami apa yang baik dan buruk.

Baca Juga: Honda Merilis Tiga Motor Listrik Berdimensi Kecil Hanya Punya Jok Tunggal Yang Dirancang Untuk Perkotaan

Tindakan yang dilakukan oleh warga Makassar, kata dia, bagaimana pun juga sebagai sebab dan akibat dari apa yang dilakukan oleh kedua pelaku serta bagian dari sanksi sosial. Namun, akan lebih bijak jika kasus yang terjadi diserahkan kepada pihak yang berwenang untuk menangani hal tersebut sehingga tidak menimbulkan masalah baru.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Subandi Arya

Tags

Rekomendasi

Terkini

X