METRO SULTENG - Gempa bumi diikuti tsunami dan likuifaksi melanda Kota Palu, Sulawesi Tengah. Puluhan ribu warga menjadi korban tertimbun likuifaksi dan dihantam tsunami.
Peristiwa itu terjadi 28 September 2018 silam, jelang Magrib, empat tahun lalu, gempa besar dengan magnitudo 7,4 mengguncang Palu, Sulawesi Tengah.
Baca Juga: Bupati Donggala Diduga Abaikan Rekomendasi BPK RI Terkait Temuan Proyek TTG dan Wbsite Desa
Hari ini, genap 4 tahun peristiwa itu terjadi. Para keluarga korban hari ini berziarah ke makam korban bencana. Mereka berdoa mengirimkan Alfatihah untuk para korban yang meninggal dunia.
Bencana besar itu juga turut menggejutkan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (AS) atau NASA.
Dilansir dari berbagi sumber, para ilmuwan NASA memasukkan gempa Padagimo tahun 2018 ke dalam kategori kejadian langka yang tidak seperti gempa pada umumnya.
Bahkan, NASA menyebut gempa ini sebagai supershear earthquake atau gempa supershear dengan pergerakan sangat cepat.
Gempa supershear adalah gempa bumi di mana penyebaran gelombang pecah di sepanjang permukaan patahan.
Peristiwa ini tergolong langka, karena hanya terjadi sebanyak 15 kali dalam catatan sejarah geografi.
Sehingga mereka membuat penelitian gempa berjudul "Early and Persistent Supershear Rupture of the 2018 Magnitude 7.5 Palu Earthquake" dan telah dipublikasikan di jurnal Nature Geoscience.
Dalam penelitian itu, NASA mengungkap adanya retakan yang bergerak di sepanjang sesar dalam kecepatan yang sangat tinggi.
Baca Juga: 17 Penambang Emas Sungai Durian Tertimbun Longsor, 7 Tewas, 5 Masih Dicari
Hal inilah kemudian memicu gelombang naik turun atau sisi ke sisi yang mengguncang permukaan tanah dan menyebabkan likuifaksi, seperti di Palu dan Sigi.