METRO SULTENG - Banjir yang melanda Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah, awal April lalu merendam beberapa desa di kabupaten tersebut. Ribuan rumah warga terdampak banjir, puluhan unit fasilitas umum terendam, dan ratusan jiwa penduduk mengungsi.
Salah satu desa yang terdampak banjir adalah Desa Bunta. Desa ini terletak di Kecamatan Petasia Timur.
Menurut tokoh masyarakat sekaligus tokoh adat Desa Bunta, Julius Pode, banjir yang melanda Bunta saat ini merupakan banjir berulang. Seperti sistem periodik. Ada sifatnya tahunan, ada juga siklus lima tahunan.
Baca Juga: Banjir Tak Kunjung Surut, Ketua Golkar Morut Senggol PT GNI dan Pemda
"Kita berharap segera ada solusi masalah banjir. Apa yang harus dilakukan. Masyarakat siap bahu membahu dengan pemerintah daerah untuk mencari solusi penanganannya," kata Julius dimintai tanggapannya Rabu (12/4/2023) sore.
Baca Juga: BPK RI Perwakilan Sulteng Bantah Terima Dugaan Aliran Dana TTG Untuk Merubah Hasil Audit
"Kalau kita tengok historikalnya, wilayah Desa Bunta dulunya sebagian besar rawa. Posisinya di dataran rendah. Bahkan, menjadi lokasi pengasingan Suku Wulanderi yang berani melawan Belanda saat terjadinya perang Mori II," kisah Julius.
Belanda sengaja memilih Bunta sebagai tempat pengasingan. Karana lokasi rawa dan hutannya sulit dijangkau. Akses keluar masuk Bunta benar-benar tidak mudah.
Baca Juga: Dua Trailer PT GNI Beraksi di Lokasi Banjir Morowali Utara
"Tujuan Belanda bagaimana agar Suku Wulanderi punah. Sehingga perlawanan mereka tidak ada lagi terhadap tentara Belanda," ujar Julius.
Banjir Bunta merupakan siklus lima tahunan sebenarnya. Menurut Julius, siklus lima tahunan ini berdasarkan hasil penelitian salah satu lembaga terpercaya di Indonesia.
"Setiap lima tahun sekali, permukaan air laut lebih tinggi dari dataran Bunta. Sehingga berpotensi terjadinya banjir," kata pensiunan ASN ini.
Pada tahun 2016 terjadi banjir di Morowali Utara, termasuk melanda Bunta. Kemudian, tahun 2020 banjir lagi. Sekarang 2023 banjir melanda lagi, dua tahun lebih cepat dari siklus lima tahunan yang dimaksud Julius Pode.