Malam 1 Suro Dalam Tradisi Jawa Adalah Malam Keramat, Inilah Beberapa Hal Yang Dipantang Dilakukan Malam Ini

photo author
- Kamis, 26 Juni 2025 | 21:43 WIB
Malam 1 suro/Ilusttasi orang bertapa
Malam 1 suro/Ilusttasi orang bertapa

Dalam beberapa tradisi seperti yang dilaksanakan di Keraton Yogyakarta, masyarakat melakukan ritual tapa bisu, yakni diam seribu kata tanpa berbicara, makan, minum, bahkan merokok. Hal ini merupakan bentuk laku spiritual yang merefleksikan keheningan dan kehati-hatian.

3. Tidak menggelar pesta atau pernikahan

Masyarakat Jawa menghindari mengadakan hajatan atau pesta, terutama pernikahan, pada malam 1 Suro. Melakukan hajatan pada waktu ini diyakini dapat membawa malapetaka. Larangan ini telah diwariskan sejak masa Sultan Agung, yang menganjurkan masyarakat untuk menyepi dan berdoa pada malam sakral ini.

4. Larangan pindah rumah

Malam 1 Suro juga dianggap sebagai waktu yang tidak baik untuk pindah rumah. Masyarakat percaya bahwa perpindahan tempat tinggal di malam tersebut dapat mendatangkan kesialan.

Baca Juga: KTT PT TAS Sampaikan Terima Kasih kepada AKBP Suprianto atas Komitmennya Jaga Iklim Investasi di Morowali

Makna spiritual dan warisan budaya

Di balik berbagai mitos dan larangan tersebut, malam 1 Suro menjadi momen penting bagi masyarakat Jawa untuk melakukan lelaku atau laku prihatin. Tujuannya adalah membersihkan diri dari hawa nafsu duniawi, menyucikan hati, serta memperbaiki hubungan dengan Tuhan.

Sultan Agung Hanyokrokusumo melalui kebijakan kalender Jawa-Islam berupaya menyatukan nilai-nilai kejawen dan Islam agar masyarakat tidak tercerai-berai karena perbedaan kepercayaan. Salah satu warisannya adalah kebiasaan ziarah kubur setiap Jumat Legi, yang dilakukan bersama pengajian dan laporan pemerintahan setempat.

Ketika 1 Suro jatuh pada hari Jumat Legi, malam tersebut dianggap lebih keramat dari biasanya. Dalam kondisi tersebut, masyarakat Jawa lebih berhati-hati dan tidak sembarangan memanfaatkan hari tersebut kecuali untuk kegiatan religius seperti ziarah dan pengajian.

Malam Satu Suro bukan sekadar pergantian tahun dalam kalender Jawa, melainkan momen sakral yang mengandung nilai spiritual dan budaya yang tinggi.

Tradisi ini menunjukkan bagaimana masyarakat Jawa mampu mengintegrasikan ajaran Islam dengan nilai-nilai kultural lokal, sehingga menciptakan warisan adat yang terus lestari hingga hari ini.***

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Subandi Arya

Tags

Rekomendasi

Terkini

X