METRO SULTENG – Kalangan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Sulawesi Tengah juga gerah dengan penanganan jalan kebun kopi. LSM mengkritik penggunaan dana APBN yang terus-menerus dialokasikan untuk penanganan jalan nasional yang menghubungkan wilayah Kota Palu, Donggala dan Parigi Moutong itu.
Harsono Bareki, Koordinator LSM KRAK (Koalisi Rakyat Anti Korupsi) Sulawesi Tengah menegaskan, proyek jalan kebun kopi wajar jika mendapat stigma "proyek abadi" dari masyarakat. Karena proyek itu seolah menjadi mata pencarian tetap bagi oknum dan kelompok tertentu.
Baca Juga: Jalan Kebun Kopi Jadi Proyek Abadi, Siapa yang Diuntungkan?
Penanganan jalan kebun kopi seperti diinginkan supaya tidak pernah tuntas. Anggarannya selalu disiapkan setiap tahun. Harsono mengibaratkan proyek ini seperti cerita telenovela yang memiliki banyak episode.
Bahkan, KRAK pernah melaporkan dugaan ketidakbecusan pekerjaan jalan kebun kopi ke aparat penegak hukum (APH). Laporan itu hampir dua tahun lalu, namun belum juga ditindaklanjuti.
"Selain ke APH, laporan juga kami sampaikan ke Inspektorat Kementerian PUPR di Jakarta," ungkapnya.
Dikatakan, solusi jalan kebun kopi sebenarnya sudah ada sejak beberapa tahun silam. Namun, para pemangku kebijakan di Provinsi Sulawesi Tengah enggan mewujudkan itu. Termasuk wakil rakyat asal Sulteng yang duduk di Senayan, juga setengah hati memperjuangkan solusi jalan kebun kopi.
Baca Juga: Gubernur Rusdy Mastura Konsisten Jalankan Tanggung Jawab di Tengah Hiruk Pikuk Politik Pilgub 2024
"Ini bicara keberpihakan dan cari keuntungan. Memang agak berat bagi orang-orang yang sudah bergelut dengan kenyamanan," sindir Harsono.
Jalan kebun kopi tegas Harsono, harus dipindahkan atau diarahkan ke tempat lain. Mesti ada solusi yang jelas. Sekalipun jalur yang dilintasi merupakan area konservasi atau hutan lindung, jika itu demi kepentingan masyarakat luas, maka negara harus hadir.
"Kasihan negara dan masyarakat yang menggunakan jalan kebun kopi. Sementara yang dapat untung adalah mereka yang kecipratan pekerjaan proyek kebun kopi yang ada setiap tahun," ketusnya menambahkan.
Baca Juga: Mengulang Keberhasilan, Anwar Hafid Komitmen Bangun Jembatan Penghubung di Sulteng
Harsono juga menyindir tenaga profesional di Sulawesi Tengah yang seakan cuek dengan jalan kebun kopi. Padahal banyak insinyur hebat yang bisa menangani masalah ini. Termasuk insinyur dan sarjana teknik yang bekerja di balai-balai Kementerian PUPR di wilayah Sulawesi Tengah.
"Saya tidak percaya kalau tenaga profesional yang merancang solusi jalan kebun kopi tidak ada di Sulawesi Tengah. Itu hanya alasan saja," tandas Harsono. (*)