Oleh: Abdissalam Mazhar bin Ahmad Badoh
Tahun paling berkesan 1984, saya duduk di bangku SD kelas 4 dan Ibtidaiyah Alkhairaat kelas 1. Seluruh anak kampungku, Kelurahan Komo Luar, Kota Manado, Sulawesi Utara, laki dan perempuan, di usia itu telah dibuat cukup sibuk oleh berbagai kegiatan belajar.
Sehabis subuh sebagian besar mengaji Qur'an di rumahnya Pak Imam dan istrinya, selaku guru ngaji.
Pukul 05-06 pagi kegiatan tersebut berlangsung. Ngaji Qur'annya berjenjang ada yang masih muqaddam dengan dua bagian pengajaran, mengenal huruf, membaca dan tingkat akhir mengeja huruf dalam ayat surat juz 30 yang dibaca.
Alif atas A lam sabdu Al, Ha atas Ha Mim sabdu Dal dapan Du, Hamdu Alhamdu, begitulah contohnya, lain daerah lain caranya. Membuat para anak kampung mengenal betul harf Al-Qur'an dan fasih menyebutkannya.
Pada Pukul 06.30 semua anak kampung melepas mukena dan sarung, berganti kostum seragam sekolah sesuai aturan sekolah masing-masing. Ada yang merah putih, ungu putih, batik putih, pokoknya aneka warna bak pelangi di pagi hari. Masing-masing berjalan kaki menuju sekolah tanpa diantar orang tua, gak manja dan amat mandiri.
Pukul 12.00 kami beramai-ramai pulang dari sekolah menuju rumah. Pukul 13.00 semua anak kampung berlarian saling menjemput teman yang rumahnya searah jalan menuju Madrasah Alkhairaat.
Kurang lebih 230 siswa Ibtidaiyah memenuhi lapangan vels badminton depan madrasah berbaris rapih sesuai jenjang kelasnya. Salaman, kata terakhir komando dalam barisan yang diikuti dgn ucapan salam sambil berjalan bergiliran menjabat cium tangan guru langsung masuk pintu dan duduk rapih.
Kelas satu tempat saya belajar perdana di Madrasah Ibtidaiyah Alkhairaat saat itu diawali dengan pelajaran Tafriiqul Khuruuf, yang artinya memisahkan huruf dalam kelompok kata yang biasa disajikan 5 nomor dan setiap nomornya terdapat 5 kata yang harus diurai.
Demikian juga dengan mata pelajaran taushilul huruf, menyambung huruf yang disajikan sama dengan metode tafriiqul huruf. 5 nomor dan masing masing 5 kata.
Pernah cara 5 nomor dan 5 kata ini ditanya sama Ustadzah Aisyah yang mengajar kami oleh salah satu teman putri. Mengapa harus 5 nomor dan 5 kata setiap penyajian yang diberikan. Jawab Ustadzah, itu mengingatkan kita pada 5 waktu shalat. Subhaanallahi, pembelajaran filsafat Aqidah yg diselipkan pada penyajian materi.
Setelah dua pekan berlalu belajar di Madrasah. Kepala Madrasah, Almukarram Ustadz Rais Lasasi, mengumumkan bahwa dua hari lagi, akan datang tamu mulia dari Alkhairaat Pusat Palu, Habib Saggaf bin Muhammad bin Idrus bin Salim Aldjufrie (Penulisan Nama Dzurriyyat Rasulullah SAW. Sesuai dengan kaidah Rabithah 'Alawiyah, agar supaya ditahu ushul nama keatas dan kebawah turunannya atau ahlinya) cucunya pendiri Alkhairaat Pusat Palu.
Semua siswa harus membawa bendera merah putih dan menyanyikan lagu mars Alkhairaat. Setelah menjelaskan pengumuman tersebut, siswa dipersilahkan masuk dan guru diundang rapat persiapan diruang guru.
Kamipun di dalam kelas, ramai berbincang dan berandai -andai bagaimana rupanya habib Saggaf bin Muhammad bin Idrus bin Salim Al Djufrie tersebut.