Oleh: Dr. Hasanuddin Atjo
Jumat malam, tanggal 17 Mei tahun 2024, tidak disengaja berjumpa Drs. H.Taslim, Bupati Kabupaten Morowali, Sulteng, periode 2018 - 2023, di salah satu restoran yang begitu terkenal di Kota Palu.
Selesai menyantap menu ayam goreng kampung yang begitu empuk, sengaja saya dan H. Taslim serta beberapa orang berada pada salah satu meja di dalam ruangan restoran itu yang malam itu cukup ramai dipadati pengunjung.
Awalnya, diskusi berlangsung ringan dan santai menanyakan kondisi dan aktivitas masing-masing. Maklum cukup lama baru saling bersua. Pak Taslim mengakhiri tugasnya sebagai kepala daerah pada tahun 2023 dan saya memasuki purnabakti pada tengah tahun 2020.
Setelah itu, diskusi mengarah pada isu yang sedang trend di Morowali antara lain sektor Pertanian (tanaman pangan dan hortkiltura, peternakan, perkebunan dan perikanan) yang mulai ditinggal, karena daya tarik bekerja di industri tambang lebih menggoda.
Suplai pangan untuk memenuhi kebutuhan puluhan ribu tenaga kerja dominan didatangkan dari luar Morowali, bahkan dari luar Sulawesi Tengah. Padahal, dari wilayah sekitar seperti Poso, Banggai Bersaudara dan Tojo Una-una bisa berperan untuk tugas tersebut.
Bahkan suplai air kemasan pun harus didatangkan dari luar Provinsi Sulawesi Tengah yang terkenal memiliki garis pantai terpanjang dan wilayah terluas di Pulau Sulawesi. Padahal hal ini sesungguhnya bisa dibuat di wilayah Sulteng, yang miliki cadangan air tawar yang besar.
Daya saing komoditi pangan tentunya menjadi handicap (hambatan), sehingga suplai pangan dari Morowali sendiri dan wilayah sekitar digeser oleh wilayah di luar Sulawesi Tengah. Kondisi ini menjadi tantangan, sekaligus peluang bagi Sulawesi Tengah.
Kerusakan lingkungan laut dan udara juga makin meningkat akibat eksploitasi tambang dan industri smelter, serta buangan gas emisi karbon dari sejumlah alat berat hingga motor roda dua yang jumlahnya tidak lagi terhitung.
Baca Juga: Bincang Santai Dengan Gubernur Rusdy Mastura, Bahas Daya Saing Komoditi Pangan hingga IKN
Risiko kecelakaan kerja yang tinggi, semrawutnya lalulintas jalan nasional sekitar pabrik pada jam masuk dan pulang kerja, serta tidak teraturnya tataruang pemukiman baru juga menjadi isu yang sempat dibahas.
Kami berdua sepakat bahwa paling tidak, ada empat strategi yang harus dilakukan kepala daerah terpiliih periode 2024 - 2029 untuk meminimalkan isu-isu yang lagi mengemuka di kabupaten penghasil nikel terbesar itu.
Pertama, affirmasi pemerintah terhadap kemajuan dari sektor pertanian dalam arti luas perlu jadi prioritas. Dukungan sejumlah infrastruktur seperti irigasi, jalan produksi, pengembangan SDM dan transformasi inovasi dan teknologi menjadi strategis.
Mendorong dan memfasilitasi swasta agar mau berinvestasi pada sektor pangan dengan cara modern integrasi hulu dan hilir dinilai mendesak. Pola berusaha idealnya melibatkan perusahaan dan masyarakat lokal sebagai mitra.