METRO SULTENG - Setiap menjelang berbuka puasa, pasar Ramadhan di Pasar Rakyat Ponteoa Beteleme Kecamatan Lembo, Kabupaten Morowali Utara, selalu ramai di kunjungi umat Muslim bahkan non Muslim pun datang ramai-ramai berburu takjil di pasar Ramadhan.
Kata Yesiah Ery Tamalagi terkait saudara Non Muslim ikut berburu Takjil: "Setiap datangnya bulan Ramadhan, beberapa tahun terakhir dipastikan diikuti dengan hadirnya Pasar Ramadhan, tempat yang menyediakan berbagai makanan untuk menemani saat berbuka puasa," tulis Yesiah Ery Tamalagi, kepada media ini Minggu (17/03/2024).
Baca Juga: Begitu Besar Kepentingan Sulteng terhadap IKN
Ery Tamalagi mengatakan dalam tulisannya, Belakangan bukan hanya makanan ringan yang disediakan penjual, tapi juga makanan yang bisa dihidangkan pasca waktu berbuka.
Namun pengunjung Pasar Ramadhan hampir pasti bukan hanya umat muslim, tapi juga warga non muslim seperti di Pasar Ramadhan Kolonodale, Beteleme atau tempat lainnya.
Fenomena ini sempat jadi bahan diskusi ringan saat saya bersama kawan kawan di Rumah Jurnalis Morowali Utara.
"Pada dasarnya suku Mori yang mendiami wilayah yang kini bernama Morowali Utara atau Tanah Tepo Asa Aroa, adalah masyarakat terbuka sejak dahulu kala. Karena itu tidak mengherankan jika dalam satu marga atau rumpun keluarga menganut agama yang berbeda," ujar Ery.
Baca Juga: Tim Safari Ramadhan Pemprov Sulteng juga Diminta Sampaikan Pesan Pembangunan
Tidak perlu jauh jauh, saya terlahir dari rumpun keluarga Tamalagi - Lameanda. Dari garis keturunan Lameanda, masih membekas dalam ingatan saya ketika nenek kami Leona Gintoe meninggal di Makassar, saya mengantar jenasah almarhumah dari Makassar ke Korosule. Usai menyeberangi Danau Matano dan tiba di Nuha, kakak almarhumah nenek (di kenal dengan sebutan Kepala Tua Nuha) menunggu kami dan meminta jenasah nenek untuk sejenak di doakan (secara muslim) sebelum melanjutkan perjalanan.
Demikian pula jika bulan puasa seperti ini, dua paman kami : Nurdin Lawira dan Syafardin Sugarba menjalankan ibadah puasa dengan kami rumpun keluarga besar mendukungnya dengan sepenuh hati. Bahkan almarhum Gintoe Lameanda selalu menjadi teladan kami, bagaimana kami harus selalu saling mendukung meski berbeda kepercayaan.
"Saya sendiri mempunyai saudara sepupu sekali yang muslim dari paman Gintoe Lameanda (di Gorontalo dan Tiu) dan Keluarga Sugarba - Lameanda (Jakarta). Anak saya yang ketiga salah satu kata dalam namanya adalah Ramadhan, karena ketika dilahirkan saat bulan Ramadhan. Namanya Christo Propoor Ramadhan Tamalagi".
"Bahkan jika suatu saat pembaca menyempatkan diri ke Korosule, rumah kakek kami (almarhum Wadi Lameanda) adalah bangunan yang menjadi batas antara saudara saudara beragama Kristen dan saudara yang beragama Muslim. Tempatnya".
"Diperempatan jalan sebelum jembatan permanen ke Petumbea," kata Yesiah Ery Tamalagi.
Baca Juga: ForM NU Ancam Polisikan Abraham Samad atas Fitnah Terhadap Imam Besar Masjid Istiqlal
Karena itu tidak mengherankan jika bulan puasa seperti ini kami yang beragama non muslim (termasuk saat saya menulis ini disalah satu sudut Kota Jakarta) selalu menjadi pelanggan Pasar Ramadhan.
Selain merasa menjadi dekat dengan keluarga yang beragama muslim dan berjauhan tinggal, juga bisa melihat dan membandingkan menu makanan ringan yang biasa kami masak dengan yang ada dihamparan penjual.
"Selamat menjalankan ibadah puasa bagi saudaraku yang muslim, semoga selalu diberi kesehatan dan kemampuan untuk menjalani ibadah sampai pada akhirnya," ucap Yesiah Ery Tamalagi.***