METRO SULTENG - Laju inflasi seakan sulit terbendung di kabupaten industri tambang dan nikel Morowali Utara.
Dari pantauan langsung di lapangan di Desa Bunta yang notabene Desa terdekat dengan lokasi Industri smelter nikel PT.GNI dan PT.NNI, harga cabe Rawi "semakin pedas", termasuk harga gas rata-rata dijual oleh pengecer dengan harga Rp 50 ribu pertabung ukuran 3 kg, sementara harga beras mulai merangkak naik.
Salah seorang pengecer beras yang ditemui di Desa Bunta Kecamatan Petasia Timur Morowali Utara, mengaku harga beras akan merangkak naik.
Baca Juga: Dua Truk Tangki BBM Ditahan, Kapolsek Toili Banggai Lakukan Negosiasi
"Kalau untuk sekarang harga beras berkualitas bagus harganya Rp 150 ribu perzak isi 10 kg, sementara beras mutu standar harganya Rp 140 ribu perzak ukuran 10 kg," papar Sofyan pedagang beras eceran di Desa Bunta.
Meski begitu, dia prediksi harga beras akan mengalami kenaikan sekitar bulan Januari 2024, malah mulai sekarang harganya merangkak naik perlahan.
"Harga beras diprediksi akan mengalami kenaikan pada bulan Januari 2024, namun demikian saat ini harganya mulai merangkak perlahan naik, kalau naik harganya bisa mencapai Rp 160 ribu perzak ukuran 10 kg,kenaikan harga beras tersebut dipicu akibat gagal panen," jelas Sofyan kepada media ini Rabu (29/11/2023).
Baca Juga: BRI Luncurkan Inovasi Digital BRIFrens Kustodian Berbasis Web, Nasabah Semakin Nyaman Bertransaksi
Sementara cabe rawit harganya tak terbendung, menurut pemilik rumah makan dua putri, harga cabe Rawi naik drastis.
"Harga cabe Rawit mencapai Rp 110 perkg dipasar sentral Beteleme, itu harga kemari Selasa (28/11/2023), meski begitu hari ini Rabu (29/11/2023) diprediksi akan turun bisa dengan harga Rp 90 ribu perkilonya," tutur Dewi.
Sedangkan harga LPG ukuran 3 kg di Desa Bunta harganya tembus Rp 50 ribu jauh dari harga HET.
"Kami beli dari mobil pembawa LPG yang datang dari daerah lain seharga Rp 48 ribu dijual dengan harga Rp 50 ribu pertabung," ujar penjual Gas eceran.