Oleh: Jafar Alaydrus
Ada pribahasa atau pepatah yang sangat lekat dan sering didengungkan bagi mereka yang mungkin merasa dalam posisi yang diuntungkan oleh pihak tertentu ataupun lembaga. Kalimat tersebut berbunyi: anjing menggongong kafilah berlalu.
Selintas kalimat ini sangat sederhana terdengar namun mengandung makna yang sangat dalam. Penggalan kalimat anjing menggonggong kafilah berlalu, diksi “anjing” digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang negatif, yaitu rintangan atau hambatan. Sementara itu, diksi “kafilah” mengacu pada usaha tanpa menyerah yang bermakna positif.
Baca Juga: Momen Hari Santri Jadi Obor Semangat bagi Alkhairaat
Pribahasa anjing menggonggong kafilah berlalu, juga memiliki beberapa arti lain yang kemudian mencerminkan prinsip hidup atau perilaku seseorang.
Diantaranya: membiarkan orang lain berbicara, mencemooh, atau menggunjingkan kita di belakang, tetapi tidak menghiraukannya sehingga tidak dimasukkan ke dalam hati. Tidak memperdulikan kritik, saran, ide, pendapat orang lain dan menganggap hal tersebut seperti gonggongan anjing yang berlalu dalam sesaat.
Misalnya ketika ada yang memberikan kritikan, pendapat, saran atau ide untuk perbaikan di sebuah lembaga yang tidak sesuai bagi mereka, maka diksi ini dianggap kalimat yang menjijikkan dengan dinisbatkan adalah anjing. Sedangkan kalimat kafilah akan terus bertahan, bahkan tetap berlalu dengan prinsip yang belum tentu memiliki kebenaran mutlak.
Bahwa dalam setiap masalah pasti ada pro dan kontra, dimana siapa saja yang lebih diuntungkan maka kalimat ini menjadi senjata pamungkas baginya, walau sorotan demi sorotan semakin menghujam ke pihak mereka.
Diksi ini kadang disalahartikan pemaknaannya oleh mereka yang diberi kritikan, dengan tidak menerima kebenaran yang tersampaikan ke pihak mereka.
DeadloBaca Juga: Kongres Deadlock, IKAAL Dianggap Belum Ada Ketum dan Sekjen
Diksi ini bila kita mencoba untuk membalikan pengucapannya, maka akan bermakna lain pula. Misalnya kafilah menggonggong anjing berlalu, tentunya diksi ini menunjukkan dengan makna terbalik pula.
Menyikapi persoalan SK Pengurus IKAAL (Ikatan Keluarga Alumni Alkhairaat) 2023-2028 yang telah diterbitkan oleh Pengurus Besar (PB) Alkhairaat beberapa hari yang lalu, menunjukkan bahwa sistem dan mekanisme cara kerja dari oknum Pengurus Besar Alkhairaat yang diberi kepercayaan untuk menyelesaikan permasalahan ini, terkesan kurang professional, bobrok dan cuci tangan dalam menyelesaikan permasalahan.
Hal ini diindikasikan dengan tetapnya mereka bersikap seakan-akan tidak ada masalah di tubuh Abna yang berkonflik dan tidak mememiliki niat baik untuk memperbaiki kekeliruan yang telah diputuskan sebelumnya, tanpa melakukan konsolidasi terhadap dua kubu yang tengah berkonflik.
Padahl itu akan mengakibatkan rusaknya tatanan yang sudah lama terbangun dan menjadikan jurang pemisah yang sangat dalam untuk menyatukan visi dan misi, sebagaimana yang tertuang dalam AD/ART IKAAL maupun AD/ART Alkhairaat yang menyebabkan menurunnya kepercayaan masyarakat pada nama besar yang tengah disandang oleh Alkhairaat kini.
Mengamati keputusan yang dikeluarkan oleh PB Alkhairaat yang sepihak ini, terlintas pertanyaan ada apa dibalik tergesa-gesanya pengurus PB dalam mengajukan pembuatan SK Pengurus IKAAL kepada Ketua Utama tanpa koordinasi dengan pimpinan yaitu Ketua Umum PB.