politik

Warda Dg Mamala Bicara Banjir Morut: Kita Harus Maju, Jangan seperti Pemadam Kebakaran

Jumat, 2 Mei 2025 | 14:16 WIB
Ketua DPRD Morowali Utara (Morut), Warda Dg Mamala.

METRO SULTENG – Pagi tadi, sekitar pukul 10.00 WITA, redaksi Metro Sulteng menerima panggilan telepon dari Ketua DPRD Morowali Utara (Morut), Hj. Warda Dg Mamala, SE. Dari balik telepon, suara politisi Partai Golkar itu terdengar gusar. Ada kegelisahan dari nada bicaranya.

Warda mengaku sudah mendengar kabar sejak pagi, bahwa Morut kembali dilanda banjir. Padahal baru tiga pekan lalu, aktivitas masyarakat mulai pulih pasca-banjir besar yang melanda akhir Maret hingga awal April lalu.

Kegelisahan Warda bukan tanpa alasan. Ia kembali membayangkan rakyatnya harus mengungsi, menghentikan aktivitas mencari nafkah, dan hanya bisa menunggu kapan air surut. Kapan banjir reda.

“Kita tidak bisa pasrah dengan keadaan ini. Banjir di Morut bukan hal baru lagi. Ini kisah lama. Kita harus berbenah. Tidak bisa terus-terusan hanya berharap air segera surut,” tegasnya.

Sebagai Ketua DPRD, ia dan rekan-rekannya di dewan sudah berkali-kali memberi masukan kepada Pemerintah Kabupaten Morowali Utara. Namun, hingga kini, kondisinya masih begitu-begitu saja.

“Setiap musim hujan datang, apalagi kalau hujan deras dua atau tiga hari berturut-turut, Morut hampir pasti banjir. Saran dan masukan sudah tak terhitung, tapi eksekusinya di mana?” katanya sedikit kesal.

Menurut Warda, peran DPRD hanya sampai pada fungsi pengawasan dan memberi masukan. Eksekusinya berada di tangan Pemkab Morut dan jajarannya.

Warda Dg Mamala.
“Bolanya ada di pemkab. Kami sudah jalankan tugas kami. Kalau tak ada tindak lanjut, ya hasilnya seperti yang kita lihat sekarang," ujar Ketua Partai Golkar Morut itu.

Warda menekankan, penanganan banjir Morut harus dilakukan dalam dua skema: jangka pendek dan jangka panjang.

Untuk solusi jangka panjang, ia mendukung penuh rencana pembangunan tanggul permanen di Sungai Laa, sungai yang kerap meluap dan menjadi biang banjir di Morut. Ide ini sudah disampaikan Gubernur Sulteng, Anwar Hafid, saat meninjau banjir bulan lalu.

“Meski mahal dan butuh waktu lama, tanggul permanen di Sungai Laa adalah solusi terbaik. Harus ada pembiayaan bersama antara Pemkab, Pemprov, dan Pemerintah Pusat,” ujar Warda.

Namun sebelum menunggu tanggul itu terwujud, Warda menekankan pentingnya tindakan cepat untuk jangka pendek. Fokus utamanya: menangani muara Sungai Laa.

Sejak adanya aktivitas pertambangan di sekitar muara, banjir makin parah dan air makin lambat surut.

“DPRD sudah berulang kali bersuara soal ini. Ada apa di muara itu sampai-sampai air sulit mengalir? Jangan biarkan tersumbat. Harus segera dibuka supaya aliran lancar,” pintanya.

Ia mengusulkan agar dibangun dua kanal besar dekat muara, untuk mempercepat aliran air ke laut saat hujan deras mengguyur.

Halaman:

Tags

Terkini

Ramai Soal KUHAP Baru, Ketua Komisi III DPR Buka Suara

Selasa, 18 November 2025 | 17:46 WIB

Anak Muda: Melek Politik dan Melek Berpartai

Senin, 17 November 2025 | 09:26 WIB