METRO SULTENG - Penggagas kelompok relawan Roata Sigapalapa, Adi Kabarani Repadjori mengakui kegemilangan Ahmad Ali sebagai politisi nasional yang berasal dari Sulawesi Tengah (Sulteng).
Adi bahkan menyatakan, dalam 20 tahun terkahir, Ahmad Ali adalah satu-satunya politisi asal Sulawesi Tengah yang banyak mencetak sejarah perpolitikan di provinsi itu.
"Kecemerlangan karir politiknya merangkak dari skala kabupaten hingga menembus level politisi nasional patut mendapatkan apresiasi dari publik Sulteng," tulis Adi di postingan Facebook pribadinya AKabarani Repadjori.
Baca Juga: Adu Konser versus Adu Gagasan, Ahmad Ali Terima Tantangan
Dilihat Sabtu pagi (17/8/2024), postingan itu sudah sekitar 15 jam yang lalu. Postingan itu diberi judul NEW HOPE.
Berikut postingan lengkapnya:
NEW HOPE SULTENG
Satu-satunya politisi Sulawesi Tengah dalam 20 tahun terakhir banyak mencetak sejarah dalam perjalanan perpolitikan di Sulteng adalah Ahmad Ali.
Kecemerlangan karir politiknya merangkak dari skala Kabupaten hingga menembus level politisi nasional patut mendapatkan apresiasi dari publik Sulteng.
Perjalanan karir politik yang cukup menginspirasi banyak orang. Puncak tertinggi dengan jabatan strategis sebagai Wakil Ketua Umum (Waketum) DPP Partai Nasdem menjadi jabatan fenomenal yang diemban satu-satunya politisi asal Sulteng dikancah perpolitikan nasional.
Sebelumnya Ahmad Ali juga sempat di daulat partai besutan Surya Paloh sebagai Bendahara Umum (Bendum). Di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia selama kurang lebih delapan tahun oleh partainya didelegasikan sebagai Ketua Fraksi NasDem.
Di tahun politik 2024, politisi asal Wosu Morowali ini, bulat hati "pulang kampung" berniat ingin berkontribusi langsung membangun tanah kelahirannya Sulawesi Tengah maju di Pilkada Gubernur.
Baca Juga: Dialog Publik Muhammadiyah Hadirkan Kandidat Gubernur, Ahmad Ali: Itu Sangat Baik
Baginya jabatan gubernur adalah jabatan pengambilan kebijakan strategis untuk membawa Sulteng maju berkembang dengan lompatan-lompatan quantum. Lompatan pembangunan yang di ikuti dengan kesejahteraan warganya.
Menurutnya, peningkatan PAD Sulteng patut diapresiasi namun disisi lain peningkatan itu tidak di ikuti dengan naiknya kualitas ekonomi warganya. Tingkat kemiskinan di Sulteng masuk dalam daftar 10 besar secara nasional adalah sebuah anomali di tengah peningkatan PAD yang mencapai kurang lebih Dua Triliun.