METRO SULTENG - Partai Persatuan Indonesia (Perindo) sudah membuka pendaftaran calon kepala daerah di Provinsi Sulawesi Tengah. Pendaftaran dibuka mulai tanggal 17 April hingga 31 Mei mendatang.
Tempat pendaftaran di kantor Perindo di masing-masing tingkatan. Khusus pendaftaran bakal calon gubernur dan wakil gubernur, bertempat di kantor DPW Perindo Sulteng Jalan Basuki Rahmat, Kota Palu.
Menurut Ketua Desk Pilkada DPW Perindo Sulteng, Atha Mahmud, arah dukungan Perindo di Pilgub 2024 kemungkinan besar ke calon petahana Rusdy Mastura atau yang akrab disapa Cudy.
Baca Juga: Galang Koalisi Pilgub 2024, Cudy Menyisir Koalisi Nasional Pilpres dan Parpol Lain
"Kalau pak Cudy maju, kenapa tidak?," kata Atha soal arah dukungan Perindo di Pilgub Sulteng 2024.
Atha menyampaikan itu di hadapan rekan-rekan media saat memimpin konferensi pers pembukaan pendaftaran calon kepala daerah Partai Perindo, Rabu 17 April 2024, di Palu.
Ada beberapa alasan yang membuat Perindo tidak bisa berpindah hati dari sang petahana. Salah satunya karena sudah bersama-sama di Pilgub 2020 sebelumnya.
"Sesuai hasil Pileg 2024, Perindo 2 kursi di DPRD Sulteng. Cudy memang sudah didukung Perindo sejak awal maju (Pilgub 2020)," tegasnya lagi.
Mendukung Cudy, sangat rasional bagi partainya ujar Atha. Apalagi dengan melihat capaian-capaian pembangunan yang ditorehkan selama memimpin Sulteng.
"Sederhana saja, misalnya PAD daerah kita. Periode sebelum mentok di angka Rp900-an miliar. Sekarang di era Cudy sudah menyentuh di angka hampir Rp2 triliun. Naik terus angkanya (PAD) itu," beber Atha yang juga Ketua Dewan Pertimbangan Perindo Sulteng.
Baca Juga: Siangnya di PDI-P, Sorenya Incumbent Rusdy Mastura Ambil Formulir di PKB
Bahkan, Cudy memimpin Sulteng hanya dalam jangka waktu pemerintahan tiga tahun. Memimpin saat daerah ini bahkan dunia, saat dilanda wabah covid-19.
"Sebenarnya beliau (Cudy) ini menjabat gubernur efektifnya tidak lebih dari dua tahun. Dan statistik yang dikeluarkan BPS juga menunjukkan (pembangunan) terjadi peningkatan," sanjung Atha.
Tapi di lain pihak, ada akademisi yang mempersoalkan angka-angka keberhasilan pembangunan itu secara politik, bukan secara teknis.
Padahal apa yang dipersoalkan itu justru memicu ruang perdebatan. Karena menurut Atha, pembangunan itu bukan hanya soal angka-angka saja.