politik

WISATA POLITIK

Jumat, 27 Oktober 2023 | 10:43 WIB
Abdissalam Mazhar. (Foto: Ist).

Oleh: Abdissalam Mazhar (pemerhati sosial) 

Ma’asyral Muslimin Rahimakumullah.

Pentas politik yang tergelar di hadapan kita dengan segala macam keinginan pencapaian target posisi, melalui berbagai strateginya yang terlahir dari berbagai bahan kajian partai dan lembaga kajian independent yang berbasis pada hitungan survey ilmiah, bagaikan wisata panjang.

Mencermati keinginan elemen bangsa yang harus terpenuhi oleh para tokoh atau yg ditokohkan oleh partai politik dan lembaga-lembaga kajian independent, majelis-majelis ilmu keagamaan, hingga lembaga-lembaga pendidikan formil dan non formil yang tersebar secara nasional dan terukur dengan meter optimistik subyek.

Baca Juga: Hari Ini, Kota Palu Sudah Jauh Lebih Baik

Berbagai pengalaman yang jadi standart pijak para politikus dan pengikutnya, senantiasa mencari format baru yang lebih menghasilkan, terstruktur, massif, inofatif, komparatif dan memenuhi segenap retorika serta logika positif.

Ribuan relawan dari berbagai unsur elemen masyarakat dijaring untuk mencari format kemenangan yang rasional duniawi, hingga mampu memenuhi harkat hidup orang banyak.

Sampai-sampai semua buku pencapaian masa lalu, dibuka berulang-ulang mulai dari sistem demokrasi bebas, terpimpin dan monarki berbasis kerakyatan kaum Romawi kuno terkuak. Semuanya mengalami kebuntuan, karena mendapati praktek politik terkini begitu membingungkan.

Dan sampai pada puncaknya hingga para pelaku politik itu bingung dan takut tahu jalan pulang ke akar politik sebenarnya yaitu rakyat bangsa ini.

Lihatlah berapa banyak kenyataan sebagai akibat politik yang terpapar ditengah masyarakat! Adakah yang terlewatkan dari rekam jejak media, terutama digital?

Semuanya lengkap tersaji dan bahkan telah dihafal oleh sebagian masyarakat awam. Pada prakteknya, politikus baik yang berkuasa maupun yang berbonceng pada penguasa, semuanya menampilkan arogansi terhadap pribadi dan kelompok dalam menerapkan kajian politiknya sebagai ilmu dalam masyarakat.

Kemana sila keempat Pancasila? “Kerakyatan yang dipimpin oleh khidmad kebijaksaan dalam permusyawaratan perwakilan”. Lihatlah kalimat ini bukankah begitu indah dan seksi dalam bahasa dan jika ditilik dalam prakteknya.

Semua elemen masyarakat pasti mampu membaca kesimpulan akhirnya. Adanya musyawarah dari seluruh unsur yang mewakili rakyat dengan penuh kebijaksanaan yang secara khidmadnya untuk takyat.

Baca Juga: Ketua Utama Alkhairaat Minta Jaga Amanah Guru Tua, Berikut Nama-nama Pengurus Besar Alkhairaat 2023-2028

Jika demikian indahnya, berarti yang mengakhiri keindahan ini adalah praktek-praktek ilmu politik diluar jalur ilmu politik negara ini. Itulah kepentingan golongan dan pribadi yang mengatasnamakan rakyat dengan menerapkan pola-pola teori kapitalis, sosialis, liberalis dan bahkan komunis.

Mari kita kembali pada akar penerapan teori politik kebangsaan kita, yaitu politik pancasilais hingga fitnah politik, mark-up kondisional, dan hierarki kolusi politik menjadi malu untuk dipraktekkan.

Halaman:

Tags

Terkini

Ramai Soal KUHAP Baru, Ketua Komisi III DPR Buka Suara

Selasa, 18 November 2025 | 17:46 WIB

Anak Muda: Melek Politik dan Melek Berpartai

Senin, 17 November 2025 | 09:26 WIB