Oleh: Ariel (Ari Loru)
Pemerhati Politik Kabupaten Sigi
Usia muda adalah modal agar tangan terus terkepal, untuk arungi medan politik yang terjal. (Najwa Sihab).
Pemilu adalah sarana yang sah dan damai memilih wakil-wakil rakyat terpercaya untuk menyuarakan aspirasi masyarakat di daerah-daerah pemilihannya.
Tahun ini adalah tahun musim politik, tahun pesta demokrasi 2024. Tak heran bila Pemilihan Lagislatif dan Pemilihan Presiden Republik Indonesia yang digelar secara serentak menjadi pembicaraan panas.
Baca Juga: Partai Demokrat Siapkan Husen Habibu Maju Bupati Sigi 2024
Suhunya bahkan melebihi panasnya uap badai El-Nino. Suara-suara komentator nyaring menggema dari warkop kaki Lima hingga hotel bintang lima.
Polemik soal judicial review bikin tokoh politikus dan praktisi hukum tata negara saling adu argumen/dalil.
Bagi rakyat, situasi ini sedikit bikin gaduh tapi sisi lainya memberikan banyak informasi - informasi edukasi, tak terkecuali anak-anak muda yang ingin berbuat untuk bangsa dan negaranya.
Fenomena Gibran Raka Buming Raka, membuat bergetar republik ini. Padahal, Presiden Republik Indonesia pertama Ir. Soekarno dalam spirit pembakar perjuangan di masanya mengatakan "berikan aku sepuluh pemuda akan ku getarkan dunia".
Keberadaan fenomena Wali Kota Solo ini merangsang dan memberikan edukasi kepada anak muda khususnya milenial dan gen-Z. Harusnya sudah berperan aktif dalam percaturan perpolitikan di Tanah Air.
Getaran fenomena itu mulai muncul di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, khususnya Desa Loru. Di Pemilihan Legislatif 2024 Dapil 1 yang meliputi Kecamatan Sigi Biromaru, Gumbasa dan Tanambulava.
Baca Juga: Partai NasDem Sigi Serukan Politik Sehat, Tolak Politik Belah Bambu
Seorang pendekar demokrasi Desa Loru mencoba peruntungan dalam perebutan kursi DPRD Sigi dapil 1, yang selama ini dianggap sebagai dapil neraka-- bersama tokoh senior politikus Kabupaten Sigi.
Penulis melihat, Imam Safaad adalah sosok komunikator handal yang dapat dipercaya memperjuangkan hak dan kebutuhan masyarakat di daerah pemilihannya. Terutama di sektor layanan pendidikan, pertanian dan kesehatan.
Dalam beberapa kali kesempatan, Imam menuturkan bahwa ketimpangan di tengah masyarakat yang selama ini belum teratasi dengan baik, menjadi alasan utamanya kenapa ia harus maju walau pernah gagal di Pileg 2019.