Riset UGM Ungkap Peran Perempuan Poso Sebagai Juru Kunci Perdamaian dan Kekerasan Ektrimisme

photo author
- Sabtu, 3 September 2022 | 18:04 WIB
Dr. Muhammad Najib Azca
Dr. Muhammad Najib Azca

METRO SULTENG – Kepala riset Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Muhammad Najib Azca menyebutkan, bahwa perempuan sangat berperan dalam membangun perdamaian di Poso.

Hal itu diungkapkannya saat menggelar seminar yang bertajuk “Diseminasi Hasil Riset Memperkuat Agensi Perempuan Dalam Pencegahan Ekstrimisme Kekerasan” bersama Lembaga Penguatan Masyarakat Sipil (LPMS) di aula Bapelitdabangda Kabupaten Poso, Kamis, (1/9/2022).

Dikatakannya, sejak melakukan riset pada 2019 silam menunjukan bahwa perempuan merupakan kunci dalam menanggulangi ekstrimisme kekerasan.

“Karena mereka ini merupakan simpul proses Regenerasi. Artinya, Regenerasi kelompok yang mengatas namakan jihadis itu ada dikalangan perempuan,” kata Najib.

Baca Juga: Proyek Irigasi Gumbasa Paket II, Pekerjaan Lambat, Progres 26 Persen, Sisa Waktu Bekerja Tinggal 6 Bulan

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Turun, Tapi Harga BBM Indonesia Naik, Ini Hitung-Hitungan Sri Mulyani

Proses kekerasan yang terjadi di Poso itu sangat panjang, mulai dari kekerasan komunal, gerakan jamaah islamiyah hingga Mujahidin Indonesia Timur (MIT).

“Sehingga, jika perempuan tidak terlibat dan tidak diberdayakan maka tidak akan terwujud perdamaian di Poso,” imbuhnya.

Diungkapkan Najib, peran perempuan dalam konteks kekerasan ekstrimisme itu ada dua. Yaitu, peranan yang menentang dan mendukung kekerasan.

Perempuan yang mendukung itu tergabung dengan MIT. Apakah itu terlibat langsung bergabung di gunung biru atau terlibat dalam konteks logistik bahkan termasuk peranan-peranan yang mendukung mencetak generasi baru.

Baca Juga: HP Nokia X30 5G Muncul Dengan Ketangguhannya, Cek Spek dan Harganya

Baca Juga: POPDA Tingkat Sulteng di Morowali Berakhir, Irvan Aryanto: Tekankan Evaluasi dan Pembinaan

Sementara itu, ada juga perempuan yang berperan penting dalam perdamaian melawan ektrimisme kekerasan, dengan mempengaruhi keluarganya agar tidak menjadi bagian dari gerakan itu.

Perempuan perempuan inilah yang harus diperkuat dalam hal kapasitasnya, kemampuannya, pengetahuannya, pendidikannya serta posisi mereka di masyarakat.



“Jadi, saya rasa jika perempuan perempuan di Poso bisa bersatu untuk menjadi kekuatan kontra ekstrimisme, maka dipastikan akan dapat merangkul orang orang yang sekarang ini masih berada dalam lingkaran mendukung kekerasan,” tukasnya.

Untuk diketahui, seminar itu diikuti sejumlah mahasiswa dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Poso dan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Poso dan tamu undangan lainnya.(PN)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Subandi Arya

Tags

Rekomendasi

Terkini

X