METRO SULTENG-Lahir dan besar di pedesaan kaki Gunung Lawu, Magetan, Jawa Timur, Apia Dewi Agustin, 22 tahun, tidak menyangka jika ia tidak lama lagi akan menyelesaikan kuliahnya di prodi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM.
“Sekarang sedang di penghujung semester 8. Bentar lagi lulus,” kata Dewi sedikit sumringah, Senin (11/7).
Baca Juga: 74 Persen Mahasiswa UGM Berasal dari Keluarga Menengah ke Bawah
Orang tua Dewi bekerja petani sayur. Ibunya juga berjualan di rumah. Meski merasa senang namun ia sedikit sedih karena ayahnya sudah berpulang satu tahun lalu. Hanya sang ibu yang terus menyemangatinya untuk terus menyelesaikan kuliahnya.
“Ibu pedagang toko kelontong sederhana di depan rumah. Rumahku di pedesaan. Rata-rata penghasilan mungkin sekarang sekitar Rp1 jutaan, efek pandemi juga sih. Ayahku meninggal di tahun 2021 kemarin. Tapi sakitnya sudah lama, semenjak aku masuk kuliah udah jatuh sakit,” katanya.
Dewi merasa beruntung, ketika masuk di UGM empat tahun lalu, ia tidak mendaftar beasiswa bidikmisi saat pendaftaran. Namun, karena ia masuk dalam kelompok UKT 2 sehingga pada semester satu diikutkan pada beasiswa bidikmisi.
Baca Juga: Unsoed Telorkan Doktor Asal Sudan di Program Ilmu Peternakan
“Dulu dapat rekomendasi bidikmisi gitu dari Ditmawa (Direktorat Kemahasiswaan) di awal semester 1. Jadi nggak ngajuin sedari awal kuliah gitu. Mungkin karena dulu aku tergolong UKT 2 ya, jadi terekomendasi bidikmisi juga,” kata bungsu dari dua bersaudara.
Pilihannya pada prodi Akuntansi menurut Dewi sudah dimulai sejak duduk di bangku SMP. Kebetulan di SMA ia sudah masuk kelas IPS dengan guru pengampu pelajaran ekonomi yang sama selama tiga tahun berturut-turut.
“Guru ekonomiku selama 3 tahun di SMA tuh sama. Sangat inspiratif dan favorit banget. Ngarahin aku untuk ikut lomba, OSN, ikut pembinaan dan sebagainya. Jadi banyak interaksi dan lebih intensif dibanding sama mapel lain selama SMA,” kenangnya.
Baca Juga: Usut Korupsi Tambang, Kejati Sulteng Segel 10 Excavator dan 80 Dump Truk Milik PT ANI
Tidak hanya itu, kata Dewi, saat menjelang lulus nilai ujian nasional untuk ekonomi termasuk tertinggi di kabupaten Magetan. Bahkan tercatat nilai tertinggi di almamater.
“Jadi secara nggak langsung tersugesti dan termotivasi juga ya. Kemudian, dari lingkungan keluarga sendiri. Kakakku juga lulusan akuntansi. Jadi sedikit banyak dapat amunisi,” katanya.
Saat awal kuliah di UGM, Dewi mengaku sempat merasa belum percaya diri dengan dirinya karena merasa teman-temannya yang berasal dari daerah lain yang lebih pintar darinya.
Baca Juga: Zulkifli Hasan Disemprot Jokowi Gegara Kampanyekan Anaknya saat Pembagian Migor