pendidikan

Pelayanan Cinta Jamaah Haji Indonesia 2025

Selasa, 20 Mei 2025 | 05:26 WIB
Petugas haji Indonesia melayani jemaah haji dengan cinta

MRTRO SULTENG— Di tengah lautan manusia yang menunaikan ibadah haji tahun ini, ada benang merah yang mengikat semua cerita: cinta dan kepedulian yang tulus dari para petugas haji Indonesia. Mereka bukan sekadar menjalankan tugas administratif, melainkan merangkul setiap jemaah sebagai keluarga sendiri.

Dari tanah air hingga ke Tanah Suci, kisah-kisah menyentuh mengalir deras, menjadi saksi nyata bahwa pelayanan bukan sekadar kewajiban, melainkan ibadah yang dilakukan sepenuh hati.

Pasangan suami istri Tasbih Marunduri Amarullah dan Lora Moniami masih terharu saat mengenang perjalanan mereka dari embarkasi di tanah air hingga mendarat di Madinah. Setiap proses, mulai dari pengecekan dokumen, pengawalan selama penerbangan, hingga penyambutan di bandara, semuanya dilayani dengan telaten oleh para petugas haji.

Baca Juga: PT Vale Dukung Suksesnya Jambore Kader PKK Bungku Timur, Produk UMKM Binaan Tembus Pasar Jawa

“Kami merasa tidak sendiri. Petugas begitu sabar, mereka membantu kami dari A sampai Z. Rasanya seperti bersama keluarga besar,” kata Tasbih dengan suara bergetar. Di balik matanya yang berkaca-kaca, tergambar kelegaan dan rasa syukur karena mereka bisa menjalani ibadah ini dengan dukungan penuh.

Cerita menyentuh lainnya datang dari Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz di Madinah. Seorang petugas wanita, Fatmawati, tengah menyambut sepasang lansia dari Soppeng, Sulawesi Selatan. Ibu Tappa Mandra Malla (75) dan suaminya, Bapak Mappa Malla Lahaji (86), tiba dengan langkah perlahan. Di tengah lelah perjalanan jauh, Fatmawati menyuguhkan secangkir kahwa—kopi khas Arab yang menghangatkan.

Petugas haji Indonesia melayani jemaah haji dengan cinta

“Saya terharu melihat wajah mereka. Meski lelah, tapi semangat dan harapan mereka begitu terasa. Kahwa itu hanya simbol kecil, tapi saya ingin mereka tahu, mereka disambut dengan cinta,” ujar Fatmawati. 17/05/2025.

Momen sederhana ini jadi pengingat, bahwa pelayanan terbaik terkadang bukan tentang kemewahan, tapi tentang perhatian kecil yang datang dari hati.

Di Masjidil Haram, Abdul Manaf (72), seorang jemaah dari Lampung, hampir kehabisan tenaga usai menunaikan salat Jumat. Badannya limbung dan kakinya mulai gemetar. Dalam kondisi seperti itu, ia menghubungi petugas sektor khusus melalui nomor layanan yang tersedia.

Tak lama, seorang petugas datang membawa kursi roda, membantunya kembali ke hotel. Meski hanya berkata pelan, “Terima kasih ya, bantuannya,” namun sorot mata Abdul Manaf penuh makna. Kepedulian itu datang tepat saat dibutuhkan, dan itu yang membekas.

Baca Juga: Motor Hilang di Parkiran Palu Grand Mall, Pelaku Terekam CCTV

“Haji ini bukan sekadar ibadah rohani. Fisik juga diuji. Tapi di saat-saat seperti ini, bantuan petugas jadi penopang semangat kami,” ujar Manaf kemudian.

Cinta yang Menjadi Energi Pelayanan

Dari semua kisah, mungkin tak ada yang lebih menyentuh dari cerita Nenek Sumbuk. Perempuan asal Nusa Tenggara Timur ini menjadi jemaah tertua Indonesia tahun 2025, dengan usia 109 tahun. Ditemani anak dan cucunya, ia memulai perjalanan suci dari Embarkasi Jakarta-Bekasi.

Wajahnya tenang, tubuhnya rapuh namun tegar. “Saya hanya ingin hajiku diterima dan menjadi mabrur,” tuturnya dengan logat khas. Kepergiannya diiringi oleh petugas haji yang memprioritaskan pelayanan lansia. Setiap langkahnya seperti menyampaikan pesan: usia bukan penghalang untuk mendekat kepada Allah.

Halaman:

Tags

Terkini