pendidikan

Khutbah Jumat Tema Maulid Nabi Muhammad SAW, Melihat Sejumlah Peristiwa yang Mengiringi Kelahiran Nabi

Rabu, 4 September 2024 | 20:18 WIB
Zikir menghilangkan kegelisahan

(Lihat: Sirah Ibni Ishaq, [Beirut: Darul Fikr], t.t., halaman 59-62). Kedua, sebagaimana yang diungkap Makhzum bin Hani al-Makhzumi, pada malam kelahiran Nabi saw., istana Kisra berguncang hingga 14 balkonnya runtuh, api di negeri Persia yang selalu disembah kaum Majusi padam seketika.

Padahal, sudah seribu tahun lamanya, api tersebut selalu menyala. Seiring dengan kejadian itu, air danau Sawah surut, lembah Samawah kebanjiran, sejumlah mata air mengering, sehingga membuat Kisra dan rakyatnya bingung kelimpungan.

Dikabarkan pula, seorang kepercayan Kisra bernama al-Mubidzan bermimpi melihat unta-unta bermuatan berat menuntun kuda-kuda bagus. Unta-unta itu lantas berjalan mengarungi sungai Tigris dan Eufrat lalu menyebar ke sejumlah negerinya.

Menurut penafsiran, sebuah peristiwa besar di penjuru Arab akan terjadi. Peristiwa dimaksud tak lain kelahiran Nabi saw. (Lihat: Abu Zahrah, Khatamun Nabiyyin, ]Kairo: Darul Fikr], 1425 H, jilid I, halaman 105).

Jamaah yang dirahmati Allah

Ketiga, setelah kelahiran Nabi saw., kaum jin tak lagi bisa mengintip berita langit. Hal itu diakui oleh kaum jin sendiri, sebagaimana dalam Al-Quran:

وَأَنَّا لَمَسۡنَا ٱلسَّمَآءَ فَوَجَدۡنَٰهَا مُلِئَتۡ حَرَسٗا شَدِيدٗا وَشُهُبٗا، وَأَنَّا كُنَّا نَقۡعُدُ مِنۡهَا مَقَٰعِدَ لِلسَّمۡعِۖ فَمَن يَسۡتَمِعِ ٱلۡأٓنَ يَجِدۡ لَهُۥ شِهَابٗا رَّصَدٗا

Artinya, “Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan ketat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (beritanya). Tapi sekarang siapa saja yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya),” (Q.S. Al-Jin [72]: 8-9).

Padahal sebelumnya, mereka dengan mudahnya mendapatkan kabar langit untuk kembali disebarkan kepada juru ramal dan tukang sihir. Namun setelah Nabi saw. lahir, Allah meminta langit dihalangi dari setan dan dipenuhi penjagaan malaikat, panah-panah api, sehingga mereka tak lagi bisa mendengarnya.

Diriwayatkan, tatkala tak bisa mengakses informasi langit, kaum jin berkumpul dan melaporkan kejadian itu kepada Iblis. Dengan cepat, Iblis menginstruksikan agar kaumnya menyebar ke penjuru bumi, dari barat sampai timur, seraya memastikan apa yang sesungguhnya terjadi.

Ternyata, dari pengamatan mereka, ditemukan bahwa di kota Mekah ada seorang bayi yang tengah dikerumuni para malaikat. Bayi itu mengeluarkan sinar dan memancar ke langit. Para malaikat pun sibuk menyampaikan salam kepada panutan alam yang baru saja dilahirkan.

Begitu kejadian tersebut dilaporkan, Iblis sangat menyesalkannya. Sebab, panutan alam telah datang. Artinya, rahmat bagi umat manusia akan terlimpahkan. Sehingga pantas, menurutnya, jin dan setan dihalang-halangi naik ke langit dan mencuri informasinya. (Lihat: Samia Menisi, Jin-jin Muslim Sahabat Nabi, [Jakarta: Qalam-Serambi], 2016, halaman 31).

Keempat, beberapa keajaiban yang menimpa Halimah as-Sa‘diyah, ibu persusuan Nabi saw. Kala itu serombongan wanita dari bani Sa‘id datang mencari bayi yang akan disusuinya demi mendapatkan upah dan bayarannya.

Termasuk Halimah yang diantar suami beserta bayi mungilnya. Namun, dua hari berada di Mekah, Halimah belum juga mendapatkan bayi. Yang tersisa hanyalah bayi Muhammad ibn ‘Abdullah. Rupanya bayi yang satu ini tak menjadi pilihan para wanita bani Sa‘id lainnya mengingat kondisinya yang yatim membuat harapan mereka mendapat upah dan bayaran terhapuskan.

Akan tetapi, karena tak mau pulang dengan tangan kosong, akhirnya Halimah sepakat dengan sang suami untuk mengambil bayi yatim bernama Muhammad itu. Tak diduga, begitu sang bayi diterima, dan dibuka kain bungkusnya, Halimah melihatnya penuh takjub.

Halaman:

Tags

Terkini