METRO SULTENG-Materi Khutbah Jumat 19 Januari 2024 mengingatkan kepada jamaah untuk menghindari prilaku dan sifat negatif seperti suka mengejek dan menghina orang lain.
Dalam Islam, sikap ini merupakan larangan karena akan menimbulkan dampak negatif berkepanjangan dan memunculkan ketidakrukunan, jauh dari kemaslahatan.
Teks khutbah Jumat berikut ini dengan judul “Khutbah Jumat: Larangan Saling Ejek dan Hina dalam Islam”.
Khutbah I
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِهَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى يَا أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا رَبَّكُمْ الذَّيْ خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَنِسَآءَ وَاتَّقُوْا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَالْأَرْحَامِ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Puji syukur hanyalah milik Allah, Dzat yang telah memberikan nikmat iman, Islam, dan kesehatan bagi kita semua. Shalawat dan salam kita haturkan kepada Nabi Besar Nabi Muhammad saw, panutan hidup terbaik bagi umat manusia.
Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat kepada diri kami pribadi, dan umumnya kepada jamaah kesemuanya untuk senantiasa meningkatkan kualitas ketakwaan kepada Allah ta’ala, yakni dengan cara senantiasa menjalankan perintah-Nya, serta menjauhi larangan-Nya.
Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Tak selang lama, usai debat Capres-Cawapres 2024, media sosial dipenuhi beragam ujaran dan komentar yang bukan saja bernada positif namun juga negatif. Suasana panas dan tegang tidak hanya di arena debat Capres-Cawapres. Namun lebih dari itu, meluas dan menyebar di kanal-kanal media sosial. Berbagai konten bernada sentimen diviralkan masing-masing tim pemenangan untuk 'menyerang' calon lain dan di satu sisi terus mengelu-elukan jagoannya masing-masing.
Tidak sedikit, sebagian dari kita berlebihan. Merendahkan atau bahkan mencela pasangan lain. Di titik inilah kita patut prihatin dan tentu ini menjadi perhatian yang harus ditangani bersama. Akankah saling ejek dan umpat menjadi kebiasaan kita bersama?. Lantas bagaimana Islam memandu kita?.
Sebagai orang tua, kita pasti tidak rela jika terjadi saling ejek, umpat dan praktik bullying atau perundungan di sekolah anak-anak kita. Hanya saja, tanpa kita sadari, saling ejek dan bully ternyata juga menjangkiti perilaku kita sebagai orang dewasa ataupun sebagai orang tua.
Bahkan hal ini bisa lebih memprihatinkan terlebih lagi di media sosial. Jika hal ini tidak segera kita sadari bersama, tentu akan membawa kemadlaratan besar dalam kehidupan bermasyarakat kita. Ikatan sosial antar sesama anak bangsa akan tersandera.
Perbedaan afiliasi partai yang diniatkan untuk mewadahi keragaman aspirasi politik, berubah menjadi pengabsahan untuk saling benci.
Padahal, secara sadar atau tidak, kebiasaan saling ejek dan umpat ini sebenarnya sudah banyak kita rasakan dampak negatifnya.
Sebagai misal, perbedaan pilihan politik, lantas memudahkan kita untuk tidak bertegur sapa. Perbedaan ras dan golongan memudahkan kita untuk saling curiga.