METRO SULTENG-Bulan Safar dalam kalender Islam 1445 Hijriyah jatuh pada Agustus-September 2023. Dan bulan Safar terakhir jatuh pada Rabu 23 September 2023.
Saat ini lagi viral di media sosial penjelasan beberapa orang terkait apa yang akan terjadi hari terakhir bulan Safar yang disebut turunnya wabah, penyakit atau hari sial.
Baca Juga: Elektabilitas Prabowo Masih Tertinggi Ungguli Ganjar dan Anies, Berikut Hasil Polling Institute
Berikut Penjelasan beberapa ulama, dinamakan dengan 'Safar' karena dinisbatkan pada budaya atau kebiasaan masyarakat Arab zaman dahulu yang pergi dari rumah mereka sehingga terjadi kekosongan.
Safar sendiri dalam bahasa diartikan kosong. Ibnu Mandzur dalam Lisânul ‘Arab menyatakan:
لِإِصْفَارِ مَكَّةَ مِنْ أَهْلِهَا إِذَا سَافَرُوا
Artinya: Karena kosongnya Makkah dari penduduknya apabila mereka bepergian. (Ibnu Mandzur, Lisânul ‘Arab, Dar el-Shâdir, Beirut, juz 4, halaman: 460)
Dinukil dari lama NU Online, terkait bulan Safar, tidak sedikit orang yang mengidentikkan bulan tersebut dengan bulan tasa'um atau anggapan sial yang diwarnai wabah penyakit dan kesialan.
Mereka menilai bulan Safar adalah bulan di mana Allah SWT menurunkan bala’, musibah, dan berbagai bencana. Padahal, sebagaimana bulan dari bulan-bulan Allah lainnya, bulan Safar tidak memiliki kehendak dan berjalan sesuai dengan apa yang Allah ciptakan untuknya.
Baca Juga: Sempat Buron, Pelaku Penganiyaan di Togean Akhirnya ditangkap Polisi
Pandangan pesimis ini dari sudut pandang akidah justru membuka pintu bala’ itu sendiri. Hal ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam sebuah hadits qudsi yang menyatakan bahwa Allah sesuai persangkaan hambaNya tentang diriNya.
Dari sisi akidah juga, meyakini adanya hari sial cukup bermasalah karena kesialan atau keberuntungan itu hanya bisa diberikan oleh Allah semata berdasarkan sifat irâdah atau sifat Maha Berkehendak.
Terlebih adanya Rabu terakhir di bulan Safar atau lebih dikenal dengan istilah Rabo wekasan. Banyak yang mendiskusikan hari ini mulai dari sejarah, ritual atau musibah yang diasumsikan pada hari tersebut.
Daripada meyakini bulan Safar, khususnya Rabu Wekasan, sebagai bulan atau hari sial, akan lebih baik meyakininya sebagai hari keberkahan.
Hal ini didasarkan pada hadits yang menyebutkan bahwa Allah menciptakan nur (cahaya) alam semesta pada hari Rabu.