Sedangkan, inti dari peringatan maulid Nabi adalah ungkapan bahagia atas kelahiran baginda Rasulullah.
Dengan demikian, ayat ini mengisyaratkan disyariatkannya peringatan maulid Nabi Muhammad Saw.
Pendapat Ibnu Taimiyyah tentang hukum peringatan maulid Nabi. Sebagaimana diketahui, Ibnu Taimiyyah adalah rujukan utama bagi sebagian umat Islam yang selama ini mengharamkan peringatan maulid Nabi. Beliau menulis:
فَتَعْظِيْمُ الْمَوْلِدِ وَاتِّخَاذُهُ مَوْسِماً قَدْ يَفْعَلُهُ بَعْضُ النَّاسِ، وَيَكُوْنُ لَهُ فِيْهِ أَجْرٌ عَظِيْمٌ لِحُسْنِ قَصْدِهِ وَتَعْظِيْمِهِ لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Artinya, "Maka memuliakan maulid, dan menjadikannya sebagai kebiasaan merupakan perbuatan yang dilakukan oleh sebagian orang. Dan baginya, pahala yang besar atas hal itu, karena baiknya niat, dan penghormatannya kepada Rasulullah shallallahu a’laihi wa’alihi wasahbihi wasallam." (Ibnu Taymiyyah, Iqtidhaus Shiratil Mustaqim fi Mukhalafati Ashhabil Jahim, juz 1, h. 297).
Adanya keragaman pendapat ulama terkait hukum memperingati maulid Nabi Muhammad shallallahu a’laihi wasallam ini semoga semakin menambah keyakinan kita bahwa perbedaan itu merupakan sunnatullah, maka harus disikapi dengan dewasa dan bijaksana.***