Ibadah kurban bukan hanya ritual menyembelih hewan, melainkan sebuah manifestasi keimanan yang mendalam. Sejarah kurban mengingatkan kita pada kisah agung Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan putranya, Nabi Ismail ‘alaihissalam.
Allah menguji Nabi Ibrahim dengan perintah untuk menyembelih anak tercintanya. Tanpa ragu, Nabi Ibrahim taat. Dan dengan keteguhan iman, Nabi Ismail pun bersedia. Kisah ini Allah abadikan dalam surah As-Saffat ayat 102:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ ١٠٢
Artinya: Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabra (QS As-Saffat: 102).
Apa hikmah besar yang bisa kita petik dari peristiwa ini?
1. Ketaatan mutlak kepada Allah
Nabi Ibrahim menunjukkan kepada kita bahwa ketaatan kepada Allah harus total, tanpa syarat. Bahkan ketika perintah Allah terasa berat, seperti menyembelih anak sendiri, ketaatan tetap harus diutamakan. Kurban mengajarkan kita untuk meletakkan perintah Allah di atas segala kepentingan dunia.
2. Keteladanan dalam pengorbanan
Kurban berasal dari kata “qaruba” yang artinya dekat. Ibadah ini adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan pengorbanan. Harta yang kita cintai, kita relakan di jalan Allah. Sebagaimana firman-Nya dalam surah Al-Hajj ayat 37:
لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ ٣
Artinya: Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu.
Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang muhsin (QS Al-Hajj: 37).
Ayat ini menegaskan bukan semata daging atau darah yang Allah inginkan, melainkan ketulusan dan ketakwaan kita dalam beribadah.
3. Menumbuhkan solidaritas sosial.
Ibadah kurban adalah sarana untuk berbagi kebahagiaan kepada sesama, khususnya mereka yang membutuhkan. Daging kurban dibagikan bukan hanya untuk keluarga yang berkurban, tetapi juga kepada fakir miskin, tetangga, dan masyarakat sekitar. Ini adalah bentuk kepedulian sosial yang tinggi dalam ajaran Islam.
4. Melatih keikhlasan dan mengikis sifat kikir.