Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman."
Syekh Wahbah Zuhaili dalam Tafsir Munir li Zuhaili juz 23 halaman 117 menjelaskan bahwa ketika usia Nabi Ismail menginjak kira-kira 7 tahun (ada pula yang berpendapat 13 tahun), pada malam tarwiyah, hari ke-8 di bulan Dzulhijjah, Nabi Ibrahim AS bermimpi ada seruan, “Hai Ibrahim! Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk menyembelih anakmu.”
Pagi harinya, beliau pun berpikir dan merenungkan arti mimpinya semalam. Apakah mimpi itu dari Allah SWT atau dari setan? Dari sinilah kemudian tanggal 8 Dzulhijah disebut sebagai hari tarwiyah yang artinya, berpikir/merenung.
Pada malam ke-9 di bulan Dzulhijjah, beliau bermimpi sama dengan sebelumnya. Pagi harinya, beliau tahu dengan yakin mimpinya itu berasal dari Allah ?. Dari sinilah hari ke-9 Dzulhijjah disebut dengan hari ‘Arafah, yang artinya mengetahui, dan bertepatan pula waktu itu beliau sedang berada di tanah Arafah.
Malam berikutnya lagi, beliau mimpi lagi dengan mimpi yang serupa. Maka, keesokan harinya, beliau bertekad untuk melaksanakan penyembelihan Ismail. Karena itulah, hari itu disebut denga hari menyembelih kurban (yaumun nahr). Nabi Ibrahim AS berterus terang kepada putranya,
“Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi, aku diperintahkan Allah untuk menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu “Ia (Ismail) menjawab, ‘Hai bapakku! Kerjakanlah apa yang diperintahkan kepada engkau, Insya Allah, engkau mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
Ahmad Ghalwas dalam kitab Da’watur Rusul halaman 112 menjelaskan, ketika Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail AS telah bersiap diri untuk penyembelihan, Nabi Ibrahim bertakbir dengan menjalankan pisau pada tenggorokan Ismail, kemudian Allah SWT menyelamatkan Nabi Ismail AS.
Allah tidak memperkenankan pisau yang dibawa Nabi Ibrahim melukai sedikit pun Nabi Ismail AS. Allah SWT memanggil Ibrahim bahwa Ibrahim telah lulus ujian dengan ketaatan Ibrahim dalam mendahulukan perintah Allah SWT. Ibrahim melihat di depannya seekor domba putih yang besar yang dikirim Allah untuk mengganti Ismail sebagai sembelihan.
Kemudian Ibrahim menyembelih domba tersebut untuk melaksanakan perintah Allah SWT. Dari perjalanannya yang panjang, dengan rentetan perjuangan dan ujian demi ujian, pada akhirnya Nabi Ibrahim mendapatkan kemenangan, kelulusan, dan kesuksesan yang gemilang. Lulus dari ujian yang berat dari Allah SWT.
Hingga kini peristiwa tersebut dikenang oleh Muslim sedunia agar ajaran Nabi Ibrahim menjadi teladan dan diamalkan oleh generasi masa depan.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamd.
Saudara-saudara sidang Idul Adha yang berbahagia..!
Rahasia kedua kesuksesan Nabi Ibrahim adalah, Nabi Ibrahim selalu bertawakkal kepada Allah SWT. Maksudnya, Nabi Ibrahim adalah Nabi yang selalu berusaha keras, Nabi yang cerdas, Nabi yang ikhlas, dan selalu mengerjakan perintah Allah dengan tuntas.
Nabi Ibrahim selalu berikhtiar dan berusaha dalam melaksanakan perintah Allah, berdoa kepada Allah, dan menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT. Allah SWTberfirman dalam Surat Ar Ra’d, ayat 11:
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
Dalam ajaran Islam, kita diperintahkan untuk selalu berusaha, berdoa, dan tawakkal kepada Allah SWT. Dalam konteks hari raya Idul Adha, Nabi Ibrahim selalu bekerja keras untuk melaksanakan perintah Allah, Nabi Ibrahim bekerja cerdas dengan mengklarifikasi mimpi hingga tiga kali, Nabi Ibrahim juga mendiskusikannya dengan Nabi Ismali AS.