Keistimewaan Bulan Sya’ban dan Keutamaan Puasa Sya"ban, Waktu Pelaksanaan, Hukum dan Niat

photo author
- Minggu, 18 Februari 2024 | 07:07 WIB
Berdoa
Berdoa

METRO SULTENG-Bulan Sya’ban merupakan bulan yang mulia karena di dalamnya terdapat beberapa peristiwa penting, seperti perpindahan kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram. Dalam bulan ini juga yang banyak dikenal adalah amalan Nisfu Sya’ban yaitu amaliah yang dilakukan pada pertengahan bulan Sya’ban.

Sya’ban adalah bulan mulia yang diapit antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan. Dalam bulan juga dianjurkan melakukan amaliah-amaliah yang baik termasuk berpuasa, sebagaimana dilansir NU Online.

Puasa Sya’ban adalah puasa yang dilakukan di bulan Sya’ban. Hukumnya sunnah berdasarkan hadits shahih dari Nabi Muhammad saw.

Doa Memasuki Bulan Sya‘ban

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ: لَا يُفْطِرُ؛ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ: لَا يَصُومُ. وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ، وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ

Artinya: Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra, ia berkata: ‘Rasulullah saw sering berpuasa sehingga kami katakan: ‘Beliau tidak berbuka’ beliau juga sering tidak berpuasa sehingga kami katakan: ‘Beliau tidak berpuasa’ aku tidak pernah melihat Rasulullah saw menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali Ramadlan dan aku tidak pernah melihat beliau dalam sebulan (selain Ramadhan) berpuasa yang lebih banyak daripada puasa beliau di bulan Sya’ban (Muttafaqun ‘Alaih. Adapun redaksinya adalah riwayat Muslim).

Selain itu, ada hadits yang mengharamkan puasa pada separuh kedua bulan Sya’ban, yaitu:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا اِنْتَصَفَ شَعْبَانَ فَلَا تَصُومُوا. رَوَاهُ اَلْخَمْسَةُ

Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, sungguh Rasullah saw bersabda: ‘Ketika Sya’ban sudah melewati separuh bulan, maka janganlah kalian berpuasa (HR Imam Lima: Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, dan Ibnu Majah).

Berdasarkan hadits ini maka puasa Sya’ban haram dilakukan bila dimulai pada tanggal 16. Puasa Sya’ban harus dimulai sebelum tanggal tersebut, sejak tanggal 1 atau paling maksimal tanggal 15. Bila sampai tanggal 15 belum berpuasa, maka haram berpuasa pada tanggal 16 sampai akhir Sya’ban sesuai petunjuk hadits tersebut.

Setelah memperhatikan berbagai ketentuan hukum di atas, puasa Sya’ban dapat dilakukan satu, dua, atau tiga hari dan seterusnya sampai satu bulan penuh. Adapun Rasulullah tidak memuasainya satu bulan penuh agar tidak disalahpahami bahwa hukumnya adalah wajib (Ibnu Hajar al-Haitami, al-Fatâwal Kubral Fiqhiyyah, [Beirut, Dârul Fikr] juz II, h. 82).

Adapun tata cara puasa Sya’ban, sebagai berikut.

Pertama, niat di hati. Niat puasa baik dilakukan dengan niat puasa mutlak, seperti: “Saya niat puasa,” atau dengan cara yang lebih baik sebagaimana berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ شَعْبَانَ لِلّٰهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma sya’bana lilahi ta’ala.
Artinya: Saya niat puasa Sya’ban karena Allah ta’ala.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Subandi Arya

Tags

Rekomendasi

Terkini

X