METRO SULTENG-Zaman dinosaurus berakhir hampir 66 juta tahun yang lalu, setelah sebuah asteroid raksasa bertabrakan dengan laut dangkal dekat tempat yang sekarang kita sebut Meksiko, membentuk kawah seukuran kota.
Namun, rangkaian peristiwa yang menyebabkan kepunahan massal 75 persen spesies di bumi pada tahun-tahun setelah dampak bencana ini masih diselimuti misteri.
Baca Juga: Polusi Udara Menyebabkan Risiko Penyakit Parkinson 56 Persen Lebih Tinggi, Menurut Study
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pelepasan belerang selama tabrakan, ditambah dengan jelaga dari kebakaran hutan yang meluas, menyebabkan musim dingin global karena suhu anjlok.
Namun sebuah penelitian baru, yang dirilis pada hari Senin dan diterbitkan dalam jurnal Nature Geoscience, berpendapat bahwa penyebab utamanya mungkin adalah debu halus, yang terbentuk dari pecahan batu yang terlempar tinggi ke atmosfer bumi setelah dampaknya.
Debu halus ini, hingga tingkat yang signifikan, menutupi sinar matahari, menghalangi tanaman melakukan fotosintesis, sebuah proses biologis penting untuk mempertahankan kehidupan, selama hampir dua tahun setelah peristiwa bencana tersebut, kata penelitian tersebut.
Baca Juga: Jam Tangan Jaeger-LeCoultre Senang dengan Eksekusi Baru Master Ultra Thin Moon
"Fotosintesis terhenti selama hampir dua tahun setelah dampaknya menyebabkan tantangan besar (bagi kehidupan). Hal ini meruntuhkan jaring makanan, menciptakan reaksi berantai kepunahan," penulis utama dan ilmuwan planet Cem Berk Senel, peneliti pascadoktoral di Royal Observatory of Belgium , seperti dikutip CNN.
Para ilmuwan menggunakan kekuatan teknologi untuk melakukan penghitungan angka. Mereka mengembangkan model komputer baru untuk mensimulasikan iklim global setelah serangan asteroid.
Model komputer ini dibuat berdasarkan informasi yang dipublikasikan mengenai iklim bumi pada saat itu, serta data baru dari sampel sedimen yang diambil dari situs fosil Tanis di Dakota Utara yang mencatat periode 20 tahun setelah serangan tersebut. .
Baca Juga: Ini Alasan Mantan Ketua DPRD Morut sehingga Belum Kembalikan Mobnas
Dalam studi baru tersebut, para ilmuwan juga menganalisis data dari sampel partikel debu silikat yang terlempar ke atmosfer dalam bentuk gumpalan sebelum kembali ke Bumi.
Partikel debu tersebut membutuhkan waktu 15 tahun untuk akhirnya mengendap di permukaan bumi. Para peneliti memperkirakan bahwa iklim global mungkin telah mendingin sebanyak 15 derajat Celcius selama periode ini.***