Sementara itu, Kepala Dinas PUPR Morut Destuber Matoori mengatakan dari segi infrastruktur rencana besar Bupati Delis untuk mengembangkan pariwisata di Morut, tidak ada masalah terutama dengan fokus pengembangan di kawasan Teluk Tomori.
Menurutnya, pembiayaan pembangunan fisik yang terkait kepariwisataan harus segera dirancang dengan matang karena dengan terbukanya Morut sebagai daerah investasi otomatis akan menambah pendapatan daerah dari sektor pariwisata asalkan ditata dan dikelola dengan baik.
Hal yang sama juga diakui Kadis Pariwisata Morut Gatot Susilo Eko Budiyanto. Dia juga berterima kasih kepada bupati yang memberi perhatian serius terhadap pengembangan dan pengelolaan kepariwisataan.
Gatot menambahkan, apa yang dipelajari dan dilihat di Carangsari dan obyek wisata lainnya di Bali bisa menjadi contoh dan model untuk mengembangkan pariwisata di Morut.
"Kami datang di sini bersama beberapa kepala desa dan instansi teknis lainnya untuk belajar dan mencontoh hal-hal positif untuk pengembangan kepariwisataan di daerah kita," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Korololaki Yongki Lapasila merasa bersyukur bisa mengikuti bimtek dan melihat langsung desa wisata yang sangat berkembang yakni desa Carangsari di Bali.
Baca Juga: Dai Polri Sasar Pelajar Poso, Ajak Jauhi Paham Radikalisme
Baca Juga: Posko Kesehatan Korban Banjir Bandang Parigi Disiapkan Polda Sulteng di Desa Torue
Ia juga terkesan bagaimana masyarakat mendukung program penataan desa sehingga menjadi desa wisata yang sangat terkenal yang ujung-ujungnya meningkatkan pendapatan masyarakat itu sendiri.
"Sebagai desa yang berada di kawasan Teluk Tomori, maka Desa Korololaki sangat layak ditata dan dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata. Kami sudah mulai dengan memoles Puncak Harmoni yang terletak di kilo tiga," jelasnya.
Menurut Yongki, posisi Puncak Harmoni sangat indah karena berada di kawasan hutan dan pemandangannya langsung ke Teluk Tomori," tambah salah satu kades peserta Bintek di Bali.
Selain mendapatkan penjelasan dari beberapa spot yang dikunjungi di Desa Carangsari, peserta juga diberi kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan pelaku wisata setempat seperti pelaku UMKM, tokoh adat, dan lainnya.
Kunjungan lapangan atau studi tiru itu diawali dari kunjungan ke pabrik coklat (Chocoolate Factory Junglegold), lalu ke tempat kelahiran pahlawan nasional I Gusti Ngurah Rai, selanjutnya melihat tempat suci, dan wisata alam healing and spiritual tourism. (Ale/Mcdd/Metro)